Tulus. T-U-L-U-S.
Entah sihir macam apa yang tersembunyi dibalik nama tersebut. Saya masih
ingat betul ketika pertama kali mendengar nama itu lebih dari tiga tahun yang
lalu. Perasaan antara meragu dan takjub menyatu. Meragu karena apakah itu
memang benar-benar nama pria tersebut dan takjub karena nama sederhana tersebut
memang melekat pada dia. Gempuran musik bergenre Melayu masih begitu terasa
pada tahun tersebut. Membuat awan kejenuhan sepertinya masih enggan beranjak
dari kepala saya apabila ingin mendengarkan musik Indonesia. Bukan berarti saya
tidak menyukai ataupun membenci Musik Melayu hanya saja segala sesuatu yang
disajikan secara berlebihan akan sampai pada titik jenuh yang paling mendidih.
Membuat saya mulai mengalihkan telinga saya pada musik-musik Barat. Namun pria
ini hadir untuk mencerahkan awan musik saya. Kehadirannya tak ubahnya lesatan
peluru, cepat, tepat dan menghujam. Membuat siapa saja yang mendengarkannya tak
ada pilihan lain selain terkapar dalam atmosfer mengagumi.
Bisa dibilang Album kedua Tulus yang bertajuk Gajah adalah pintu pembuka
bagi saya untuk kemudian mendengarkan seluruh karyanya termasuk lagu-lagu di
album pertamanya. Dan saya bukan hanya terbius pada lagu-lagunya namun juga
terkesima pada pengolahan liriknya yang bisa dibilang sangat memukau. Diksinya
sangat langka pada lagu-lagu Indonesia pada masa sekarang. Bukan hanya
menceritakan tema tentang “Aku Cinta Kamu” ataupun “Aku Selingkuhin Kamu” namun
segala seluk beluk dari semesta ini yang diceritakan dengan begitu pawai dalam
lagu-lagunya. Bahkan apabila Tulus ingin bercerita tentang cinta, dia akan
melihatnya dari kacamata yang berbeda. Membuat sudut pandang dalam tiap lagunya
terasa spesial, baru dan begitu segar. Membuat Si Jago Pemalu ini memiliki
musikalitas yang tidak membuat malu Indonesia karena memilikinya. Karena
menjadi jalan pembuka pada karya-karya Tulus, membuat Album Gajah selalu
istimewa di mata saya. Bahkan apabila ingin lebih jujur, Album Gajah adalah
album favorit saya dari ketiga Album Tulus lainnya. Mari cari tahu kenapa saya
bisa begitu terkagum dengan seluruh lagu di Album Gajah:
01. BARU
Musik
yang menghentak, suara drum yang terdengar ramai namun merdu dan emosi
kemarahan yang meluap-luap segera terasa ketika lagu ini masuk di detik
pertamanya. Tepatlah apabila lagu ini dimasukan ke dalam list pertama dalam
album ini. Setelah pada album pertamanya, lagu-lagu Tulus terdengar lebih
“kalem”. Maka pada album keduanya, tidak heran apabila Tulus hadir dengan sesuatu
yang beda sekaligus menghentak di telinga. Diantara seluruh lagunya Tulus pada
Album Gajah, bisa dibilang dari segi aransemen musiknya maka Baru adalah
favorit saya. Musiknya seperti judul lagunya terdengar sangat “Baru”. Apabila
didengar dengan seksama maka pada lagu inilah banyak sekali alat musik yang
dimasukan. Alih-alih mengganggu nyatanya semua alat musik tersebut mampu
menjadi komposisi yang sempurna. Tentu hal tersebut tidak lepas dari kejelian
dan kejeniusan Produsernya yakni Ari “Aru” Renaldi. Dari segi lirik sendiri, sepenangkapannya saya
Tulus mencoba menceritakan tentang kemarahannya dan usahanya untuk balas dendam
karena sempat terjebak pada masa dianggap sebelah mata. Namun bukan dengan
ucapan sumpah serapah namun dengan diksi
yang dahsyat dan tidak meninggalkan ciri khas Tulus. Bahwa balas dendam terbaik
adalah dengan menjadi pribadi lebih baik di masa mendatang.
Tak
perlu .. kau ajak aku bicara
Tak
akan ku pernah mendengarnya
Ini
aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah dengar dari telingamu
Nikmatilah
kejutanku…
Membalas
dendam dengan karya sepertinya adalah bentuk balas dendam paling tuntas. Tulus
telah memberikan contoh terbaiknya.
02. BUMERANG
Hanya
satu hal yang membuat saya begitu kecewa dari lagu ini. Yaitu lagu ini tidak
terpilih untuk dibuatkan musik video klipnya. Padahal apabila dilihat dari segi
materi, lagu ini tidak kalah dengan lagu Baru, Sepatu, Gajah maupun Jangan
Cintai Aku Apa Adanya yang telah dibuatkan musik video klipnya. Belum ditambah
dengan musik pada lagu ini yang entah kenapa menurut saya terdengar seperti
musik country. Mungkin, Hal tersebut tidak lepas karena petikan gitar yang
begitu mendominasi dalam lagu ini. Bahkan dari daftar lagu di Album Gajah, lagu
Bumerang adalah lagu favorit kedua saya setelah Sepatu. Dimana Tulus kembali
hadir dengan kecakapannya dalam menulis lirik lagu. Dalam Album inilah, Tulus
menjadi sosok Raja Analogi yang menceritakan berbagai permasalahan dengan
analogi yang anomali. Mulai dari Sepatu, Gajah hingga pada lagu ini yaitu Bumerang.
Ceritanya sederhana saja tentang seorang pria yang jatuh hati pada seorang
wanita. Awalnya dia mengira memiliki cinta yang sempurna. Namun segalanya
berubah ketika ia mengetahui bahwa orang yang ia cintai tak lebih dari sekedar
pemain hati. Dan bukan hati dari si pria saja yang telah menjadi korbannya
namun banyak hati lainnya. Si pria percaya bahwa sang wanita yang pemain hati
sedang menjalin jalan kehancuran untuk dirinya sendiri. Tak ubahnya Bumerang
yang dilempar dan akan menyerang dirinya sendiri. Perhatikan saja lirik dalam
lagunya:
Sementara
kau sibuk..
Dengan
permainanmu, dengan hati yang lain, nama yang lain
Sibuk
.. merakit Bumerang
Untuk
menyerangmu, berbalik menyerangmu
Tapi
hati?
03. SEPATU
Saya
selalu kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa kagumnya dengan lagu ini.
Diksi yang menawan, analogi yang anomali dan musik pembungkusnya yang terdengar
merdu sekaligus syahdu di saat bersamaan. Sepertinya empat jempol saja tidak
akan cukup untuk diberikan pada lagu ini. Lagu ini juga selalu menyimpan
nostalgia tersendiri bagi saya. Gerbang pembuka untuk kemudian mendengarkan
semua karya Tulus dan terpikat setengah mati karenanya. Saya ingat, enam puluh
detik pertama kali ketika mendengarkan lagu ini. Saya hanya bisa bengong dan
berusaha sekuat mungkin untuk menutup mulut saya yang mengangga cukup lebar.
Lagu ini membius saya dalam sekali waktu. Sepatu seperti oase dalam kejenuhan
saya akan musik Indonesia yang seragam. Tidak ada yang lebih klise dari tema
cinta. Semua karya seni pasti mengamini hal tersebut. Yang bisa dilakukan
adalah menggunakan sudut pandang baru dalam melihatnya. Dan Tulus berhasil
dengan gemilang melakukannya dengan Sepatu. Cinta yang tidak bisa bersatu ia
analogikan dengan jenius menggunakan Sepatu. Apalagi ditambah dengan melihat
musik video klipnya. Saya langsung bisa menduga bahwa Tulus adalah musisi yang
bukan hanya unik namun juga cerdas. Bahkan sensasi dahsyat ketika pertama kali
mendengarkan lagu tersebut masih bisa saya ingat dengan jelas sampai sekarang.
Kita
adalah sepasang sepatu
Selalu
bersama tak bisa bersatu
Kita
mati bagai tak berjiwa
Bergerak
karena kaki manusia
Aku
sang sepatu kanan..
Kamu
sang sepatu kiri
Ku
senang, bila diajak berlari kencang
Tapi
aku takut, kamu kelelahan
Ku tak
masalah. Bila terkena hujan
Tapi
aku takut kamu kedinginan
Terasa
lengkap bila kita berdua
Terasa
sedih bila kita di rak berbeda
Didekatmu,
kotak bagai nirwana
Tapi
saling sentuhpun kita tak berdaya
Sebelumnya,
saya belum pernah menemukan sebuah lagu Indonesia yang liriknya penuh dengan
diksi semenawan ini. Sepatu benar-benar membuat saya jatuh cinta. Dan saya juga
tahu bahwa Sepatu memiliki peranan besar terhadap karir besar yang dimiliki
oleh Tulus hingga sekarang ini. Nama Tulus awalnya hanya dikenal sebagian kecil
masyarakat Bandung sebagai penyanyi kecil dari kafe ke kafe dengan suara merdu.
Sebatas itu saja. Kehadiran Tulus dengan “Sewindu” memang cukup mengatrol
namanya karena sering diputar di Radio-radio regional Bandung namun namanya di
industri musik Indonesia masih terdengar samar-samar. Barulah kehadiran Tulus
dengan “Sepatu” mengubah segalanya. Namanya sebagai penyanyi bertalenta tak
ubahnya gaung yang segera menyapu banyak telinga di Indonesia. Benar kata Risa
Saraswati, Tulus adalah ombak yang terlalu besar untuk ditahan siapapun.
Sehingga tidak heran apabila lagu Sepatu menjadi lagu terfavorit saya bukan
hanya pada Album Gajah namun pada ketiga Album Tulus yang lainnya.
04. BUNGA TIDUR
Awalnya
saya menduga dalam Album Gajah, saya tidak akan menemukan satupun lagu sendu. Karena
saya merasa besarnya energi positif yang dimiliki dalam Album ini. Sehingga
tidak ada ruang untuk energi negatif menyempil untuk merusak segalanya. Namun
Bunga Tidur membuat dugaan saya menjadi sedikit keliru. Ternyata masih ada satu
lagu sendu yang disisakan Tulus dalam album ini. Namun apabila didengar dengan
seksama sebenarnya, Bunga Tidur juga bukan jenis lagu sendu yang membuat orang
menjadi depresi. Saya lebih melihatnya lagu ini adalah bentuk curahan hati
Tulus tentang bahwa setinggi apapun ia sekarang tetap saja ia adalah manusia
biasa. Yang artinya dia tetap memiliki cela dan kekurangan dimana-mana. Sesuatu
yang mungkin gagal dipahami oleh banyak fans Tulus di luar sana. Bahwa mereka
seringkali “memaksa” idolanya untuk selalu tampil Sempurna dan tanpa cela.
Mungkin mereka lupa bahwa yang mereka idolai adalah seorang manusia bukan
sesosok Malaikat. Saya ingat betul, ada salah satu postingan Tulus di akun media
sosialnya dengan bungkus rokok di sampingnya (Mungkin baru sedikit yang tahu
kalau Tulus adalah seorang perokok aktif) dan banyak terdengar komentar sumbang
mengikutinya. Mereka seakan tidak menerima bahwa idolanya juga memiliki cela.
Mungkin itulah gunanya kehadiran dari lagu ini. Tulus ingin berkata bahwa masih
banyak orang yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan belum sepenuhnya
mengenal dirinya. Bahwa Tulus juga tetaplah manusia biasa.
Mustahil
tak bercela..
Di
depan cermin, Sabtu Pagi aku bicara dengan pantulanku
Kau
salah kawan..
Ku
dilindungi dendangan
Ini
musikku..
Dia
pagar jarak pandangmu
Selama kulihat engkau senang..
Yang
lainnya kusimpan sendiri..
Ingin
sekali, saya bicara langsung dengan Tulus, “BangTul seperti yang sering kau katakan.
Manusia pasti ada kurangnya, Jadi ya udah santai aja. Ya bukan?”
05. TANGGAL MERAH
Ini
adalah lagu dengan durasi paling singkat dalam Album Gajah. Tidak sampai
menyentuh angka tiga menit. Hanya dengan mengandalkan suara betot bas dan suara
jentikan jari membuat lagu ini terdengar sangat unik sekaligus menyenangkan.
Lagu ini memang sepertinya judulnya yaitu Tanggal Merah cocok untuk didengarkan
ketika santai dan liburan.
Berjalan
terus berjalan..
Kaki
terus berjalan
Walau
tanpa tujuan
Tak
akan tersesat
06. GAJAH
06. GAJAH
Mendengar
judul lagunya saja pasti membuat siapa saja sangat penasaran untuk tahu isi
lagunya. Setidaknya itulah yang pertama kali saya rasakan. Gajah adalah
pembuktian lainnya dari Tulus dalam kecakapannya dalam menulis lirik lagu yang
anti mainstream. Sesuatu yang sangat langka dalam kancah musik Indonesia sejauh
ini. Dan yang paling saya apresiasi dari lagu ini adalah keberanian dari Tulus.
Yaitu keberaniannya untuk mengungkapkan masa lalunya terutama masa kecilnya
yang berjalan tidak baik karena seringnya ia mendapatkan julukan kasar karena
bobot tubuhnya yang besar. Namun Tulus telah mendewasa dan menganggap hinaan
itu telah menjadi doa terbaiknya untuk menjadi bintang besar seperti sekarang
ini.
Otak
ini cerdas, kurakit berangkai
Kini
kutahu puji dalam olokan
Jabat
tanganku panggil aku … Gajah
Well
done, BangTul!
Lagu
ini termasuk ke dalam playlist yang selalu saya putar di pagi hari.
Semangatnya, kekuatannya dan motivasi yang terasa besar sekali dalam lagu ini adalah
energi yang begitu saya butuhkan pagi ini. Membuat semangat yang sedang patah
seperti apapun akan selalu terbakar kembali tiap kali mendengarkan lagu ini.
Gerah
kadang dengar, dapat cibiran sang benar
Sinisme
bukan untukmu
Mereka
tak sempurna sama juga hanya denganmu
Jangan
risaukan celahmu
Menari,
bernyanyi .. lakukan yang kau suka
Hidupmu
bukan hidupnya
Dalam
hidup memang kadang banyak sekali orang yang memandang sebelah mata terhadap
celah yang kita miliki. Barangkali Lagu Untuk Matahari adalah jawaban terbaik
untuk mengisi bensin kita agar bersemangat untuk menyingkirkan segala rintangan
yang ada.
Jujur,
ketika pertama kali mendengarkan lagu ini adalah saya bingung dan kemudian
tidak bisa menikmati lagunya. Banyak sekali suara-suara dan aransemen musik
yang masih terdengar awam di telinga saya. Bahkan saya merasa lagu ini memiliki
nuansa 90-an yang sangat kuat. Sehingga ketika lagu ini diputar saya seringkali
men-skipnya karena masih belum bisa memahaminya. Namun dengan seiring waktu,
akhirnya telinga saya mulai terbiasa dengan suara-suara dan aransemen musik
yang terkomposisi dalam Satu Hari di Bulan Juni. Hingga akhirnya saya tidak
bisa memungkiri lagi bahwa saya sudah bisa menikmati lagu tersebut. Bahkan lagu
ini semakin menunjukan kualitas vocal dari Tulus yang memang jempolan. Ada
banyak sekali nada tinggi dalam lagu ini yang mampu diselesaikan dengan
sempurna oleh Tulus. Belum ditambah dengan latar belakang vocal yang membuat
lagu ini terasa tua tapi sangat keren. Aneh tapi unik, tua tapi keren.. yang
pasti lagu ini menjadi bagus juga karena pesan tersirat di dalamnya. Menurut
yang saya baca lagu ini terinspirasi dari saudara perempuan Tulus yang
mengalami masalah keuangan dengan suaminya. Tulus seakan ingin memberi tahu
bahwa sumber kebahagiaan satu-satunya bukan hanya uang.
Kita
tak perlu terlalu..
Banyak
uang..
Kita
bahagia..
Meski
tak kemana-mana
“Aku
mencintaimu apa adanya.” Entah berapa juta kali sepertinya kita mendengar kalimat
tersebut. Mulai dari film drama, novel roman, sinetron bahkan pada kehidupan
sehari-hari pun bisa kita temui dimana-mana. Seakan-akan kalimat tersebut
menjadi semacam kewajiban agar kekurangan pasangan bisa ditolerir demi cinta
yang bisa dimaklumi. Namun Tulus malah kembali memilih untuk melawan arus. Dia
hadir untuk mengobrak-abrik pemahaman akan cinta yang selama ini barangkali
telah keliru. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran “Jangan Cintai Aku Apa
Adanya.” Tulus percaya bahwa cinta yang sejati seharusnya membuat tiap pasangan
menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Bukan malah membiarkan pasangannya
dengan “apa adanya”. Karena sebenarnya pada titik tertentu, tiap pasangan ingin
dituntut untuk bisa menjadi pribadi lebih baik untuk masa depan bersama.
Sekaligus membuat tiap insan yang tengah menjalin cinta yang hakiki seharusnya
saling bergandengan tangan untuk memperbaiki satu sama lain agar bisa berjalan
ke depan bukan malah menerima apa adanya untuk selalu berada di tapak jalan
yang sama.
Kau
terima semua kurangku
Kau
tak pernah marah bila kau salah
Kau
selalu memuji
Apapun
hasil tanganku
Yang
tidak jarang payah
Jangan
cintai aku apa adanya
Jangan
…
Tuntutlah
sesuatu biar kita jalan ke depan.
Selain
itu, yang membuat lagu ini menjadi semakin istimewa di mata saya adalah karena
musik video klipnya. Salah satu video klip terbaik di Indonesia yang pernah
saya tonton. Hangat, sendu sekaligus mengharukan dalam waktu yang sama. Kerja
sama Tulus dengan David Linggar kembali menghasilkan sesuatu yang spesial.
Dengan wajah penuh make up badut, Tulus berusaha membuktikan cinta sejati
kepada istrinya dengan berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Harus
saya akui, itu adalah satu-satunya video klip yang membuat mata saya
berkaca-kaca ketika menontonnya.
Semua
lagu yang ada di Album Gajah semakin menyadarkan saya betapa beruntungnya
Indonesia memiliki musisi sekaliber Tulus. Ketika banyak musisi lain yang lebih
terfokus pada menciptakan sensasi maka Tulus sibuk untuk menciptakan inspirasi.
Lagu-lagu yang ada di Album Gajah benar-benar segar, unik dan baru. Mulai dari
suara-suaranya, aransemen musiknya, komposisinya hingga diksi pada liriknya
yang akan membuat saya kehabisan kata untuk memuji bagaimana indahnya. Membuat
Album Gajah menciptakan musik bagai raksasa bagi telinga kita yang
mendengarkan. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyambut raksasa tersebut dengan
tangan terbuka dan melihat bagaimana musik rakasasa itu mengubah hidup kita.
Keren kakkk..
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteKeren kakk
ReplyDeleteTerima kasih :) Semoga suka ya
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKeren kak....👍
ReplyDeleteAku suka reviewnya. Terutama yang bagian lagu 'gajah'.
Terima kasih
DeleteSaya juga suka dengan lagu itu
kak, kalau kartu yang di album gajah itu fungsinya buat apa ya? terus cara pakainya gimana?
Deletekalau tidak salah fungsinya untuk mendaftar secara resmi sebagai Teman Tulus di website SitusTulus. Jadi kamu pilih menu Teman Tulus di website dan masukan seri nomornya
DeleteKeren reviewnya apalagi pas bunga tidur. Itu mengubah cara pandang saya kak
ReplyDeleteHai.. terima kasih. Kalau boleh tahu, cara pandang kamu tentang apa?
DeleteKerreeeenn gung.. Aku suka.,"SEPATU"....aku suka bangett ituu,, tulisanmu pun oke sangat gung, semoga bang Tul bisa baca karyamu ini ya sob.. Amiinn
ReplyDeleteMaturnuwun Imaah... Amin, semoga aja ya hehe :)
DeleteKerreeeenn gung.. Aku suka.,"SEPATU"....aku suka bangett ituu,, tulisanmu pun oke sangat gung, semoga bang Tul bisa baca karyamu ini ya sob.. Amiinn
ReplyDeletecoba bacanya sambil dengerin lagunya Mah.. Asoyyy hehe
Deletesaya ke habisan kata² untuk memuji
DeleteSaya suka sewaktu masih kecil.
Dalam pikiran saya dpt melihat
masa² hidup.nya
( Mas santOza )
Nice, review teman utk album gajah sy bisa menerimanya, ditunggu review album monokromnya... thanks
ReplyDeleteSippp.... terima kasih, atas apresiasinya.
Deletesuperr berkesan atas tulisanya , reviewnya mewakilkan perasaan kagum teman tulus , terhadap album2 tulus. jalan terus reviewnya bang agung
ReplyDeleteTerima kasih, semoga suka ya :)
DeleteThis is it! Ini yang selama ini ingin saya ketahui. Lengkap, runtut, dan juga mengalir. Wah, terimakasih banyak ya kak
ReplyDeleteWaaah... makasih! Kamu sukakah dengan reviewnya?
Delete