Monday, July 25, 2016

Surat Dari Pengagum Jauhmu



Untuk Kamu,

             Hai, aku sedang menebak, kira-kira apa yang sedang kau lakukan ketika aku tengah menuliskan surat ini. Apakah kamu sedang meminum teh sambil melihat gerimis dan membiarkan lamunanmu ikut terbawa sampai ke langit? Ataukah kamu tengah meributkan tentang Bintang dan Aurora? Setahuku, dua hal itulah yang membuat kamu bisa berjam-jam tidak bergerak. Membiarkan lamunan milikmu merembes hingga masuk ke dalam hatimu. Dan dapat dipastikan, aku masih ada disana, disebrang batas antara realita dan imaji yang kau miliki. Namun apapun yang tengah kau lakukan, ada satu hal yang tidak akan pernah berubah. Bukan aku yang ada disampingmu.

            Lalu siapa itu yang ada disampingmu? Mungkin itu hanya cangkir, novel, telepon genggam atau mungkin hanya sekedar bantal guling. Terkadang benda mati mendapatkan sesuatu yang sangat berharga tanpa perlu berusaha apa-apa. Dan malangnya aku kalah bersaing dengan mereka semua. Aku kalah dari segelas cangkir, sebuah novel, sebuah telepon genggam maupun sebuah bantal guling kusam yang selalu berada disampingmu. Sempat aku berkhayal, suatu pagi aku membuka mata dan berubah menjadi salah satu dari mereka. Entah itu cangkir, novel, telepon genggam maupun bantal guling kusam milikmu.


               Jika kau bertanya, aku juga ingin sekali menyusup ke dalam mimpimu. Membiarkan seperempat jiwaku untuk terus memata-mataimu. Agar nantinya ketika kau tengah bermimpi indah, akan ada seseorang yang menyeruak untuk ikut berteriak. Ataupun ketika mimpi buruk menyapamu, akan ada seseorang yang siaga untuk kau rengkuh maupun kau caci hingga berpeluh. Apapun itu, pastikan aku ada disana. Sedangkan biarkan seperempat jiwaku yang tersisa untuk tersadar di dunia nyata, agar kau tidak pernah kehilangan orang yang selalu memujamu.

           Ada satu memori tentangmu yang masih belum enggan beranjak dari pikiran. Tepat pada hari ketiga belas di bulan Oktober. Pada hari itulah kamu percaya bahwa semesta akan membaik apabila Matahari tak perlu melakukan tugasnya untuk bangun, kamu percaya tiap butir kata yang terucap mampu menjelma menjadi doa terindah yang menyebrang ke angkasa, kamu yakin bahwa ketika arah jarum jam bertemu pada angka dua belas maka segalanya sempurna dan kamu selalu percaya bahwa tiupan yang mematikan api dari lilin yang berdiri di atas kue warna-warni adalah bentuk eksistensimu selama dua puluh dua tahun. Tidak ada yang lebih kamu inginkan selain ucapan "Selamat Ulang Tahun" dari orang-orang yang kamu cintai. Aku selalu berharap bahwa aku termasuk di dalamnya.

        Dan dalam dunia serba seluler ini, tidak sulit untuk melakukan hal tersebut meskipun terpisah benua sekalipun. Namun tidak bagiku, karena aku ingin mengucapkannya secara langsung. Tapi hal itu terdengar mustahil karena jarak kota yang memisah kita. Kalau begitu, ijinkan aku berkhayal lagi. Aku ingin berubah menjadi makhluk Hibrida. Dan pilihan terbaiknya adalah Manusia Bersayap. Jadi nantinya ketika peluit tengah malam telah berteriak, kau hanya tinggal membuka jendela dan melihatku menyaru antara warna angkasa yang pekat dengan warna rembulan yang memincingkan mata. Dan pandangan aneh itu akan semakin menggila ketika aku tidak menginjak tanah dan bersayap. Pastikan kau tidak pingsan ataupun ingin buang air ketika aku menceritakan khayalanku ini. Karena segalanya terasa nyatanya ketika kau ada.

            Aku telah sampai di bagian akhir dari surat ini. Kuharap kau masih ada disana, membaca surat ini sambil tersenyum sendiri ataupun menahan gelak di perut. Akan aku akhiri surat ini dengan sebuah kejujuran. Kejujuran yang selama ini membeku selama bertahun-tahun. Sebuah kejujuran yang barangkali sudah kau ketahui. Namun kenyataan antara kau dengan dia yang kau cinta akan selalu menjadi tameng bagi kejujuran ini untuk menunjukan dirinya. Tapi kali ini aku akan mendobrak tameng tersebut. Agar kau percaya bahwa perasaan memiliki bahasanya sendiri. Agar kau percaya bahwa bukan Langit, Bintang, Aurora, Bantal Guling Kusam maupun Manusia Bersayap yang mampu membuatmu bahagia. Namun seseorang yang tulus mengucapkan tiga kata ini:

                                                                     "Aku Sayang Kamu."

                                                                                                                                    Dari Aku,


 
"Bukan tak percaya diri
karna aku tau diri

Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu
mengagumimu dari jauh
Aku menjagamu tanpa menjagamu
menyayangimu dari jauh."

Tulus - Mengagumimu Dari Jauh