Wednesday, October 17, 2018

REVIEW MUSIC VIDEO LABIRIN: JATUH CINTA ADALAH SAINS TERUMIT




Tanyakan sebuah defisini jatuh cinta pada sepuluh orang. Maka kamu akan menemukan sepuluh jawaban yang berbeda. Jatuh cinta memang adalah pengalaman personal yang imbasnya akan berbeda satu sama lain. Sesuatu yang barangkali hanya bisa digapai dengan pemahaman sastra bukan sains. Namun bukan berarti sains tidak pernah mencoba membongkar rahasia besar dari perasaan misterius bernama jatuh cinta. Paling jauh, sains baru bisa membongkar rahasia seseorang yang sedang jatuh cinta maka akan menimbulkan reaksi tubuh yang tidak akan bisa disembunyikan. Semacam ciri-ciri atau tanda-tanda orang yang sedang jatuh cinta. Tahukah kamu apa reaksi tubuh itu? Reaksi tubuh seseorang yang sedang jatuh cinta adalah pupil pada matanya akan membesar, denyut nadinya akan berdenyut lebih cepat dan tentunya tidak lepas dari debar jantung yang berdentam jauh dari normal. Sumbernya adalah adrenaline pada tubuh yang meningkat pesat ketika berpapasan atau bertemu dengan orang yang mampu membuatnya jatuh hati. 

Bahkan Sherlock Holmes pernah menggunakan reaksi tubuh orang yang sedang jatuh cinta untuk bisa memecahkan sebuah kasus kriminal. Sherlock Holmes dengan khusyuk memegang tangan dari pelaku dan juga mengamati tiap gerak pupil matanya. Hingga akhirnya Sherlock Holmes menyadari bahwa pelaku tersebut sedang jatuh cinta dan akhirnya menjadi petunjuk penting terbongkarnya kasus kriminal tersebut. Sayangnya, sains hanya mampu menggores permukaan dari kedalaman sesungguhnya sebuah perasaan bernama cinta. 

Namun reaksi tubuh tersebutlah yang kemudian menjadi ide dasar utama dari video klip “Labirin” Tulus ini. Apakah teman-teman sudah menyadarinya? Petunjuk penting tersebut sudah diperlihatkan dengan dua tokoh utama yang berprofesi sebagai ahli medis yang terlihat saling menyimpan perasaan tertarik. Bukan tertarik yang mengarah ke personal tapi tertarik lebih mengarah ke perasaan. Hal tersebut dapat terlihat jelas dari gerak-gerak mereka yang kikuk tapi saling mengawasi satu sama lain. Bahasa tubuh yang ingin saling menarik tapi takut untuk terlalu kentara. Mata yang terus mencuri pandang sambil berharap tanpa pernah ketahuan.

 Kombinasi tersebut hanya bisa kamu temukan pada orang yang saling mengagumi dan saling jatuh cinta. Namun kita ketahui bersama, mereka berdua belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan terdalam dan hanya sedang berada dalam tahap saling menebak persona masing-masing. Tanpa pernah mereka berdua sadari bahwa perasaan itu tidak bertepuk sebelah tangan karena mereka berdua saling merasakan satu sama lain. Apabila mengacu pada lirik dari lagu Tulus maka fase ini sedang berada dalam tahap, “Jebak aku dalam labirinmu. Tersesatku di adiwarnamu, pesonamu.”

Pintarnya, musik video klip ini tidak secara gamblang menjelaskan dua orang yang saling mengagumi dan saling jatuh cinta. Video klip ini menggunakan tema sains untuk menjabarkan perasaan jatuh cinta yang seringkali merumitkan. Mulai dari dua karakter utama yang merupakan ahli medis, lokasi yang menyerupai tempat laboratorium hingga potongan-potongan video klip yang menggambarkan reaksi orang yang sedang jatuh cinta. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, pupil mata yang membesar adalah salah satu reaksi tubuh dari orang yang sedang jatuh cinta. Pada video klip ini, hal tersebut diperlihatkan dengan pupil mata Tatjana Saphira yang terlihat membesar dengan begitu indahnya. Selain itu, pintarnya adalah pupil mata tersebut menyerupai labirin yang bisa diartikan membuat Tulus tersesat di dalamnya. Persis seperti lirik yang ada di dalam lagu Labirin. Begitulah memang ciri khas dari setiap karya yang dilahirkan oleh Tulus. Mulai dari lagu, lirik hingga video klipnya membuat kita harus mencernanya dengan benar-benar untuk bisa meringkas maknanya dengan utuh. Tidak terkecuali dengan video klip yang satu ini. 

Dengan mengusung tema sains, membuat video klip ini bukan hanya terlihat indah ataupun artistik tapi juga menghadirkan defisini jatuh cinta dengan sudut pandang lebih ilmiah. Membuat kita sadar bahwa jatuh cinta memang terlalu abstrak untuk didefinisikan tapi terlalu indah untuk tidak dirasakan. Membuat kita harus menggunakan hati sekaligus kepala untuk bisa menikmati musik video klip ini. Kombo yang membuat video klip Tulus ini hadir istimewa untuk kesekian kalinya. 

Sunday, August 26, 2018

Review Labirin: Ketika Stalking Belum Pernah Sepuitis Ini



Review Labirin: Ketika Stalking Belum Pernah Sepuitis Ini

Apa yang paling candu dari jatuh cinta? 

Rasa Penasaran. Ia menjelma serupa ribuan semut yang memenuhi sekaligus menggelitik dada dan isi kepalamu. Membuatmu sulit tidur sebelum tahu rasi bintang yang menaunginya setiap malam. Membuatmu sulit makan sebelum tahu makanan favorit yang membuat matanya berbinar. Membuatmu sulit berpikir sebelum tahu pernahkah sejengkal saja dia memikirkanmu. Hanya untuk memastikan ada satu benang tipis yang bisa menghubungkan kalian berdua dalam semesta yang rumit ini. Untuk memastikan bahwa ada satu titik temu dari ribuan titik perbedaan karena keniscayaan kalian sebagai manusia. 

Namun rasa candu akan apapun pasti tetap memiliki sisi gelap lain yang seringkali mengendap diam-diam. Rasa penasaranmu akan seseorang karena dilandaskan cinta seringkali membuatmu terjebak dalam labirin yang membingungkan. Membuatmu sulit lagi membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Mana harapan dan mana buaian. Mana titik kamu harus berlari tanpa batas dan mana titik kamu harus berhenti karena kehabisan napas. Sebuah paradoks bahagia dan sengsara yang harus ditelan setiap hari bagai obat oleh para stalker. Untungnya, Tulus dengan fasih menjabarkannya dalam lagu terbarunya yaitu “Labirin”. Membuat lagu ini tak ubahnya keluh kesah para pemuja rahasia dengan cara yang elegan. 

Pertama, mari kita sambut lagu ini dengan bahagia dan tepuk tangan karena karya terbaru Tulus baru saja menunjukan rupa. Sudah? Mari kita bahas sedikit tentang lagu ini. Ada satu hal yang sepertinya selalu menjadi lampu sorot saya ketika lagu Tulus keluar. Apalagi kalau bukan bagian liriknya. Banyak orang yang beranggapan bahwa lirik yang ditulis oleh Tulus itu puitis dan indah. Saya tidak sepenuhnya setuju, saya lebih suka memakai padanan kata “menggelitik”. Ya bagi saya, Tulus memiliki kemahiran merangkai lirik yang sangat menggelitik otak maupun hati. Ia mampu merancang lirik yang sebenarnya kita tahu maknanya tapi jarang menggunakannya. Lagu seperti “Sepatu” dan “Gajah” adalah contoh terbaiknya. Dan begitu rangkaian lirik tersebut dijodohkan dengan nada yang tepat maka sihirlah yang tercipta. Sihir yang menempel di kepalamu dan membuatmu tidak bisa melakukan apapun selain mengucapkan sihir tersebut secara berulang-ulang sambil menggerakan badanmu. 

Pada “Labirin” sihir tersebut, bagi saya terdapat pada rangkaian lirik ini:

Kucari tahu tentangmu, tanggal dan tahun lahirmu

Kupelajari rasi bintang, menebak pribadimu 

Tokoh kartun favoritmu dan warna kegemaranmu

Kutelusuri di titik mana kita kan bertemu

Bagi saya, hanya Tulus yang mampu memikirkan sekaligus merangkai lirik yang menggelitik seperti itu. Menggelitik karena terasa dekat, tidak perlu dibuat-buat tanpa meninggalkan ciri khasnya untuk menyisakan keindahan di dalamnya. Sayangnya, sihir lirik tersebut hanya terdapat pada rangkaian lirik yang sudah saya sebutkan barusan. Soalnya sisa lirik dari sepanjang lagu, tidak terasa istimewa di telinga saya. Indah tapi dengan mudah saya temukan di lagu mana saja.


Lain dengan lagu “Sepatu” yang bagi saya dari awal hingga akhir lirik, saya sangat yakin hanya bisa menemukan rangkaian lirik jenius tersebut pada lagu itu. Sayang sekali sebenarnya, padahal pada lagu yang merupakan pintu pembuka untuk album keempatnya saya berharap banyak pada Tulus. Terutama kematangannya dalam menulis lirik lagu yang semakin terasah sekaligus semakin berani dalam mengeksplorasi sisi kepekaannya sebagai manusia. Tulus sangat peka, saya sangat yakin itu. Untuk itulah, pada album keempatnya saya berharap ada rangkaian lirik yang membuat saya memejamkan mata dan menggelengkan kepala. Sebuah sensasi yang pernah saya rasakan ketika mendengarkan album “Gajah”. 

Saya tidak menyebut “Labirin” tidak memuaskan, tentu sangat memuaskan. Rangkaian liriknya tetap khas Tulus, dengan meninggalkan kata “Adiwarna” yang memutar di kepala dan terpaksa membuat saya membuka kamus untuk mencari tahu artinya. Untuk segi lirik pada lagu ini maka mari kita berikan senyuman paling indah untuk menggambarkannya. Sedangkan untuk segi musiknya, mari kita berikan tepuk tangan paling meriah yang bisa kita ciptakan. Sesungguhnya bagi saya pribadi, yang paling menonjol dari lagu ini adalah musiknya. Mungkin liriknya sering mengucapkan, “candu .. candu ..” tapi sesungguhnya candu dari lagu ini adalah musiknya. Kabarnya, hal itu tak lepas campur tangan Ari Renaldi dan Petra Sihombing.

Saya sangat berharap bahwa lagu Labirin hanyalah pemanasan awal Tulus sebelum menunjukan kapasitasnya sebagai penulis lagu yang brilian. Di lagu-lagu berikutnya, saya berharap kematangan sekaligus kegilaannya sebagai seorang penulis lagu mampu dieksplor tanpa harus meninggalkan ciri khasnya. Semoga ada satu lagu yang mampu menyaingi atau setidaknya menyamai lirik "Sepatu" yang masih menjadi lagu dengan penulisan lirik terbaik bagi saya sampai sekarang. Terakhir, “Labirin” tetap saya sukai karena ini adalah lagu yang sangat Tulus sekali. Mengumbar keindahan tanpa harus terlihat berlebihan. Paling terpenting, “Labirin” membuat kegiatan stalking tak pernah menjadi sepuitis dan seindah ini. 

Saturday, March 3, 2018

MENIKAH, TIDAK SEBERCANDA ITU KAWAN!




Sungguh, saya bukanlah orang yang anti terhadap konsep nikah muda. Toh pada akhirnya, hidup setiap orang adalah tanggung jawab masing-masing untuk membuatnya jadi bahagia atau nelangsa. Tapi saya selalu gagal paham dengan gembar-gembor konsep nikah muda pasti membawa bahagia. Tidak, sampai kapanpun saya tidak akan pernah percaya konsep itu. Saya selalu percaya bahwa pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang tepat pada waktunya. Dan Waktu yang tepat tidak pernah bisa dihitung dengan matematika manusia. Usia segini, kamu harus menikah. Usia segitu, kamu harus punya anak satu. Usia segitu, kamu harus punya anak dua. Biar bahagia! Kata siapa? Kata mereka. 

Seandainya saja matematika Tuhan bisa disamakan dengan matematika manusia yang begitu polos dan naif seperti gambar tersebut. Sayangnya, cara kerja Tuhan tidaklah selucu itu. Satu-satunya yang pasti dalam hidup ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Namun banyak orang tidak peduli, pernikahan yang indah dan memiliki tanggung jawab besar malah mulai kehilangan esensi berharganya. Sekarang, pernikahan hanya dianggap legalitas untuk melepas syahwat. Pernikahan tak ubahnya stempel pada barang yang menandakan kamu bahagia atau tidak bahagia. Pernikahan tak lebih dari usaha buru-buru dan memaksamu demi bisa menjalani kebahagiaan yang dipaksakan orang lain. Lantas Pernikahan seperti apa yang bisa kamu harapkan dari orang yang memiliki motivasi menikah seperti itu? Banyak yang kemudian memaksa menikah muda dengan dalil menikah akan membuka jalan rejeki. Tentu, hal tersebut sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sayangnya, urusan menikah bukan hanya urusan ekonomi semata yg harus dipenuhi. Tapi ada satu hal yang lebih kompleks lagi. 

Yaitu menyatukan dua kepala yang berbeda. Percayalah, untuk melakukan itu dibutuhkan kedewasaan dan pengalaman. Cinta memang menyatukan tapi hanya rasa saling memahamilah yang mempertahankan. Dan coba tanyakan, apakah modal itu sudah dimiliki oleh mereka yang masih imut-imut? Mungkin ya, barangkali juga tidak. Terakhir, menikahlah karena itu adalah jalanmu menemukan kebahagiaan dan keutuhan. Bukan jalan kaburmu dari pertanyaan "Kapan Nikah?" Menikah tidaklah sebercanda itu, kawan.

REVIEW NOVEL LOVE LIKE PUZZLE: Pengkhianatan dan Sebuah Kisah Cinta Paling Rumit




Dalam setiap cerita dongeng, apabila dua manusia telah menikah maka akan selalu diakhiri dengan sebuah kalimat, “Happily forever after.” Atau bahagia selamanya. Namun kita tahu bersama bahwa hal tersebut hanya berlaku di dunia dongeng bukan di dunia nyata. Bahwa pada kenyataannya, pernikahan tak ubahnya pintu baru untuk membuat dua manusia semakin saling mencintai atau malah semakin saling menghancurkan. Setidaknya itulah yang dialami oleh Yudha dan Agni. Awalnya mereka memiliki sebuah pernikahan yang bahagia bahkan nyaris sempurna. Terbukti dari pernikahan yang sudah bertahan bertahun-tahun dan juga dikaruniai dua buah hati. Bahkan Yudha tengah berada di puncak karirnya bersama dengan pernikahan yang terlihat baik-baik saja. Sayangnya, itu hanyalah bayangan semu yang selama ini dipercayai oleh Agni.

Semuanya diawali ketika Agni yang berusaha memberikan kejutan kecil  pada suaminya ternyata diperlihatkan pemandangan yang mengiris hatinya. Pria yang selama ini begitu ia percaya dan cintai ternyata tengah main serong dengan wanita lain. Dalam sekali waktu, hati Agni hancur berkeping-keping. Apalagi dengan alasan tidak masuk akal yang dijabarkan oleh Yudha bahwa dia melakukan itu semata untuk melindungi wanita tersebut. Sebuah alasan yang membuat Agni tidak habis pikir tentang logika dan perasaan dari Yudha yang pergi entah kemana. Kini, pernikahan mereka menyisakan sebuah tanda tanya besar. Apakah masih bisa dipertahankan atau harus berhenti sampai disini saja? Jika pertanyaan itu diberikan pada Agni maka dia ingin menyelesaikan segalanya sesegera mungkin. Sakit hatinya terlampau besar untuk diredam dengan banjir kalimat maaf dari Yudha. Namun Agni juga tidak ingin menghancurkan perasaan dan psikologis kedua anaknya dengan sebuah kiamat bernama “perceraian”.

Di sisi lain, apabila pertanyaan itu diberikan kepada Yudha maka dia ingin mempertahankan pernikahan mereka berdua. Bahwa kesalahannya memang pantas mendapatkan hukuman tapi hukuman itu bukanlah sebuah perceraian. Berbagai cara dilakukan Yudha untuk bisa mendapatkan kembali hati dan juga perasaan Agni yang telah mati rasa untuknya. Cara tersebut adalah dengan mengajak Agni berlibur ke Korea. Di sana, Yudha berharap perasaan hangat yang pernah dimiliki oleh Agni akan kembali lagi kepadanya. Namun di Korealah, segala pertanyaan tersebut menemukan jawaban dengan cara yang paling tidak terduga.

Bagi saya, konflik pada novel ini sangat dewasa dan jauh dari kesan kekanak-kanakan. Bagaimana dua orang dewasa yang telah terikat dalam sebuah hubungan harus menghadapi berbagai konflik perasaan yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Mereka sadar, mereka bukan lagi remaja yang apabila tidak lagi merasa cocok maka bisa saling meninggalkan satu sama lain tanpa adanya beban. Mereka berdua telah menikah dan begitu banyak ikatan yang mengsimpul mereka satu sama lain. Saling meninggalkan artinya harus ada simpul yang dilepas dengan ditarik paksa. Yang tidak mungkin bisa meninggalkan kekacauan dan luka yang lebih besar lagi. Semakin membuktikan bahwa pernikahan adalah gerbang untuk sebuah kisah cinta paling rumit yang pernah dimiliki manusia. Tentang dua orang yang memutuskan untuk bersama atau berpisah bukan hanya semata karena cinta. Namun karena banyak hal lainnya yang seringkali tidak sesederhana hitungan satu ditambah satu sama dengan dua. Pernikahan ternyata tidaklah sesederhana itu. Hebatnya adalah Kak Ratna selaku penulis mampu merangkum semua konflik rumit tersebut dalam bahasa yang sederhana dan dapat dicerna dengan mudah.


Apalagi dengan teknik story telling yang menggabungkan berbagai kejadian baik masa kini maupun masa lampau yang saling menarik satu sama lain. Betapa karakter maupun konflik cerita yang ada sekarang tak bisa dilepaskan dari masa lalu yang membentuk mereka semua. Hebatnya adalah percampuran teknik waktu itu tidak terasa membingungkan tapi malah mengasyikan. Karena kita sebagai pembaca bisa mengerti perasaan Agni yang kecewa setengah mati dan tahu keputusan yang harus diambil Yudha untuk merebut kembali perasaan Agni yang telah menggelincir dari tangannya. 

Kini, bentangan pertanyaan muncul  tentang akan kemana hubungan Agni dan Yudha? Apakah akan karam bersama dengan lautan kekecewaan ataukah mampu bertahan atas nama pengorbanan hanya bisa ditemukan jawabannya dengan membaca lanjutan babnya. Sesuatu yang membuat saya tidak sabar untuk menemukan jawabannya dengan cara yang tidak terduga. Untungnya, teman-teman termasuk saya sudah bisa membaca lanjutan babnya di Cabaca. Cabaca merupakan sebuah platform cerita yang berisi berbagai novel keren dari banyak penulis berbakat. Mulai dari  genre romance, drama, komedi maupun fantasi bisa ditemukan dengan mudah di sini. Teman-teman, cukup membuka website Cabaca.id atau mengunduh app Cabaca di Playstore untuk bisa membaca berbagai novel dari berbagai genre yang pasti menarik hati.