Tuesday, January 3, 2017

Review Album TULUS: Titik Nol Merdu Untukmu




Apa rasanya jika hidupmu berubah dalam semalam?


An Introduction” adalah tajuk konser yang lantas mengubah hidup Tulus untuk selamanya. Membulat pada hari Rabu pada tanggal 28 September 2011 adalah salah satu hari yang sepertinya tidak pernah ia lupakan. Wajahnya memerah karena keringat tertutupi oleh binar pada matanya yang berkilau begitu konser itu usai. Dengan takjub dan juga rendah hati bersama dengan manusia lain yang membantunya, Tulus menundukan kepala pada 300 penonton yang rela memenuhi gedung Centre Culterel Francais de Bandung (CCF). Atmosfir bahagia yang raksasa segera melingkupi ruangan tersebut. Padahal pada banyak wawancara, Tulus sering mengungkapkan bahwa dia merasakan gentar dan gugup yang hebat pada konser pertama kalinya tersebut karena takut tiket tidak akan laku terjual. Namun nyatanya penonton yang datang untuk memberikan energi padanya melebihi ekspektasi. Sehingga tidak heran apabila energi dari tiga ratus orang itu masih terus dirasakan oleh Tulus hingga sekarang. 




Tulus tidak seorang diri menundukan kepalanya diatas panggung malam itu. Saya hanya kenal beberapa nama yang pada tahun tersebut geliatnya pada musik di kota Bandung sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Ada Anto Arief yang merupakan gitaris dari band indie 70 Orgasm’s Club, ada Yonathan Godjali pianis muda yang talentanya tidak perlu diragukan, ada Risa Saraswati yang merupakan vokalis dari band Sarasvati, ada Ari Renaldi personil 4 Peniti sekaligus produser Tulus, ada juga Ferry Nurhayat atau biasa dipanggil Gembong yang waktu itu adalah keyboardist dari band Sarasvati dan ada juga Grace Caroline Sahertian, solois jazz merdu asal kota Parahyangan. Namun dari sekian banyak orang itu, ada satu orang yang dadanya pasti membengkak karena berebut antara haru dan bahagia. Riri Muktamar, excecutive produser sekaligus kakak kandung Tulus yang langsung mendapatkan peluk dan tangis dari Tulus ketika konser itu usai digelar. Jalan panjang dari dua bersaudara itu baru saja dimulai. Apalagi dengan memikul karya perdana yang sekaligus juga dirilis pada malam itu. Yaitu sebuah album bersampul sederhana dengan mengenakan nama dari penyanyi langsung sebagai judul albumnya; TULUS.

“Saya ingin menjadi bagian baik dari musik Indonesia maupun musik dunia.” Tulus.

Pria kelahiran Bukittinggi  ini menapaki jalan terjal nan panjang untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya hingga sampai pada malam itu. Lahir di Sumatera Barat pada 20 Agustus 1987, mimpi sebagai musisi sudah mulai tumbuh semenjak Ibunya yang berdarah Minang memiliki toko kaset musik di Bukittinggi. Pekerjaan tersebut sebagai salah satu kultur orang Padang yang memiliki darah pedagang yang begitu kuat. Selain itu, pekerjaan tersebut dilakukan oleh Ibu Tulus sekaligus untuk membantu Ayah dari Tulus yang merupakan seorang wiraswasta. Di Bukittinggi-lah, Tulus menghabiskan masa TK hingga SMP. Di sebuah kota kecil yang selalu menyimpan banyak sudut kenangan bagi pemilik nama lengkap Muhammad Tulus Rusydi tersebut. 


Dimana sepulang sekolah, Tulus kecil seringkali bermain di sebuah tempat bernama Ngarai Sianok. Sebuah tempat yang dikelilingi oleh banyak pohon dan berada di bibir tebing tersebutlah, Tulus banyak menghabiskan waktu bermain bersama teman-teman masa kecilnya. Walaupun tentu tidak semua kenangan masa kecil Tulus bersama dengan teman-temannya adalah sebuah kotak penuh harta karun bahagia. Karena ternyata kotak masa lalu bersama dengan teman-teman masa kecilnya juga menyimpan kenangan pilu tersendiri. Salah satunya adalah ketika banyak temannya yang memanggil Tulus dengan sebutan “Kerbau”, “Sapi”, “Beruang”, “Gapuak” (Gemuk), hingga “Gajah Bengkak”. Hal tersebut disebabkan karena tubuh Tulus yang lebih besar dan tinggi ketimbang teman-temannya yang lain. Kenangan pahit tersebut di masa mendatang nyatanya mampu membuat Tulus melahirkan lagu “Gajah” yang bukan hanya fenomenal namun juga membuat Tulus berdamai dengan sebutan yang dulu sempat membuat panas kupingnya. 

Selain bermain di Ngarai Sianok, sebenarnya Tulus kecil memiliki alasan lain ingin segera pulang dari sekolah. Terutama ketika malam tiba, yaitu ia ingin mendengar ibunya bernyanyi untuknya. Karena ternyata sebelum tidur, Tulus kecil memiliki semacam ritual khusus dengan ibunya. Yaitu ibunya yang memiliki suara merdu akan menyanyikan beberapa lagu untuk mengantar Tulus menjemput bunga tidurnya. Tulus tidak pernah bosan dengan ritual yang selalu memanjakan telinganya tersebut. Tulus kecil akan mendengarkan ibunya bernyanyi sambil mencubit-cubit pelan tangan Ibunya. Sebuah gambaran yang “diselipkan” Tulus pada video klip Monokrom apabila ada yang teliti ketika menontonnya.  Namun tetap saja, daya tarik utama bagi Tulus kecil adalah mendengarkan kaset-kaset di toko milik Ibunya. Dimana Ibu dari Tulus seringkali memberikan kaset musik pada Tulus kecil yang berhasil mendapatkan nilai baik di sekolah. Mulai dari kaset musik milik Chrisye, kaset legendaris Broery Marantika hingga kaset lawas milik Michael Jackson. Tulus juga mengakui pada masa itu, ada dua album milik Michael Jackson yang begitu ia ingat dan terus ia putar berulang kali. Yakni album Blood on the Dance Floor dan HIStory. Namun sayangnya, Tulus tidak bisa memilih kaset apa yang bisa ia dengarkan karena Ibunya-lah yang memilihkannya secara langsung. Lain cerita apabila Tulus berhasil mendapatkan prestasi di sekolahnya, barulah ia memiliki kuasa untuk memilih kaset yang ingin didengarkan. 

Namun apabila prestasi tersebut tidak berhasil didapatkan maka Tulus kecil harus rela membiarkan ibunya yang memilihkah kaset untuknya. Hingga berbagai kaset dengan berbagai musisi sekaligus berbagai genre pun masuk ke telinga Tulus. Sesuatu yang nyatanya harus disyukuri oleh Tulus di masa mendatang karena membuatnya memiliki memori kolektif yang melimpah dalam menciptakan lagu. Sehingga tidak heran apabila mendengarkan lagu milik Tulus maka akan terdengar banyak sekali kombinasi genre musik di dalamnya. Barangkali karena itulah, Tulus lebih memilih menyebut aliran musiknya sebagai Eclectic Musik. Sebuah genre musik yang membuat Tulus memiliki “Ruang bermain” dalam bermusik yang lebih luas. Tidak perlu terpaku pada genre Jazz yang selama ini seringkali dicap banyak orang pada Tulus sebagai genre utamanya.  Tulus bisa sesuka hati memasukan unsur pop, blues, soul, RnB hingga jazz maupun masih banyak yang lainnya. 


Cerita pengalaman bermusik Tulus kecil kembali berlanjut. Kali ini lebih tepatnya ketika Tulus menginjak kelas 5 SD. Ada sebuah momen yang kemudian menyadarkan Tulus bahwa dia memiliki bakat bernyanyi yang luar biasa. Semuanya diawali ketika Tulus kecil maju ke depan kelas untuk bernyanyi. Lagu “Ayah” milik The Mercy yang merupakan ciptaan Rinto Harahap dinyanyikan dengan suara merdu dan pendalaman luar biasa oleh Tulus kecil. Sesuatu yang cukup membuat Guru SD-nya yaitu Bu Nur lantas menangis dan memeluk Tulus untuk berujar pelan, “Nak, suaramu bagus. Suatu saat nanti, kalau kamu mau jadi penyanyi, kamu pasti bisa.” Kalimat tersebut tepat masuk ke dalam hati Tulus kecil. Semenjak itu impian menjadi seorang musisi mulai terbayang dan tercetak di kepala Tulus kecil. Apalagi ketika guru les Matematikanya yang datang ke rumah seringkali mendengarkan lagu-lagu milik Chrisye yang langsung membius Tulus. Dua pengalaman itu lantas perlahan mulai membentuk citra dasar dari Tulus dalam bermusik. 

Masuk ke masa SMA adalah masa baru bagi Tulus. Karena ia dan keluarganya pindah ke Bandung. Namun Bandung yang terkenal dengan apresiasi tingginya terhadap seni tidak terkecuali musik adalah tempat tumbuh kembang baik yang sangat tepat bagi Tulus. Meskipun tentunya Tulus harus melewati banyak fase adaptasi yang tidak mudah. Dimulai dari Tulus yang masuk ke SMA di Bandung yang bernama SMA PGII 1 yang tidak terlalu populer di Bandung. Hingga kemudian Tulus mengecap pendidikan lebih tinggi lagi dengan masuk ke Universitas Katolik Parahyangan jurusan Arsitektur. Ada cerita menarik tentang keputusan Tulus memilih jurusan Arsitektur. Tulus yang juga memiliki bakat dalam menggambar, (hal tersebut sudah terlihat ketika Tulus yang bahkan belum masuk TK sudah mahir menggambar sebuah lemari dengan sangat detail) telah memiliki niat untuk bisa kuliah jurusan Arsitektur. Namun awalnya keputusan tersebut ditentang oleh keluarga besarnya. Karena mereka menginginkan Tulus menjadi seorang dokter dan kuliah jurusan kedokteran. 

Awalnya Tulus mencoba untuk mengikuti keinginan dari keluarga besarnya namun skenario takdir memang telah dirancang sedemikian rupa. Karena nilai Kimia yang kurang baik membuat Tulus gagal masuk ke jurusan kedokteran dan akhirnya berhasil menyelinap ke jurusan Arsitektur. Tapi ternyata ada sebuah ilmu Arsitektur yang menurut Tulus selalu relevan untuk diaplikasikan pada seni apapun tidak kecuali seni musik. Yaitu firmilitas, utilitas dan venustas. Yakni struktur, sistematika dan keindahan. Dimana apabila seni sudah memiliki tiga unsur tersebut maka seni itu bukan hanya kuat namun juga mampu diterima oleh banyak orang. Sebuah pilihan yang sempat membuat banyak pihak bertanya-tanya di kemudian hari apa yang membuat Tulus lebih memilih jalan sebagai musisi ketimbang jalan sebagai arsitektur. Namun pertanyaan itu sudah dijawab Tulus melalui wawancara majalah pada tahun 2011 yang lalu.

“Kalau arsitektur tuh kaya harus membuat sesuatu, lo harus nge-set mood lo. Lo gak bisa pake mood lo saat bikin design rumah tinggal dengan saat lo bikin design airport. Ga bisa. Lo harus punya mood yang beda dalam setiap design. Tapi kalau musik, kalau udah ada mic sama speaker dan udah ada musik, mood itu akan nyamperin lo. Jadi gue ga bisa membohongi diri gue sendiri kalau gue memang jauh lebih mencintai musik dibanding arsitektur. Mungkin semacam poligami gitu kali.” Jelas Tulus.



Tapi selama menjalani masa pendidikannya di jurusan Arsitektur bukan berarti keinginan bermusik dari Tulus lantas melindap begitu saja. Hal tersebut terbukti dengan Tulus yang bergabung pada sebuah band bernama Sikuai Band. Dimana nama band tersebut diambil dari salah satu daerah di Sumatera Barat. Kembang api pengalaman meletup tak terhitung banyaknya bagi Tulus dalam pengalamannya bergabung dengan band ini. Mulai dari pengalaman tidak dibayar, dibayar hanya dengan minuman hingga dibayar hanya dimasukan nama bandnya saja dalam poster festival musik. Pada Sikuai Band-lah Tulus menjajal banyak genre musik dalam tiap pengalaman panggungnya. 

Namun bagaimanapun juga, Tulus berakar dari musik Jazz. Hal tersebut tidak lepas karena pada masa akhir kuliah, Tulus bergabung dalam sebuah komunitas musik Jazz yang ada di Bandung bernama Klab Jazz. Di komunitas tersebutlah, Tulus bukan hanya mendapatkan kesempatan manggung namun juga bertemu banyak manusia yang memiliki minat musik sama dengannya. Namun ternyata komunitas Klab Jazz memberikan lebih dari ekspektasi Tulus. Karena di komunitas Klab Jazz tersebutlah, Tulus telah memantapkan hatinya untuk hidup dari musik. Sesuatu yang muskill apabila melihat jurusan pendidikan Arsitektur yang ia ambil. Namun pilihan tersebut tidak lepas dari campur tangan pengalaman membekas  Tulus setelah berhasil menciptakan dan menulis lagu untuk pertama kali yang pertama kali diajari dengan menulis kord-kord sederhana. Dengan bimbingan langsung dari temannya yaitu Ardi Tedja, Tulus sadar betapa musik mampu mengeluarkan isi hati dan perasaan miliknya dengan cara terbaik sekaligus merdu. Namun menjadikan musik sebagai pilihan hidup bukanlah pilihan mudah bagi siapapun tidak kecuali bagi Tulus. Pandangan sebelah mata tentu segera menyergapnya tanpa ampun yang datang dari berbagai pihak. Tapi sepertinya Tulus lebih memilih untuk mendengarkan kata hatinya. 

“Jika setiap hari adalah hari baik maka Surga pasti hanyalah khayalan belaka.” Tulus.

Di akhir masa kuliahnya di Universitas Parahyangan Bandung, Tulus mengumpulkan uang jajannya selama lebih dari satu setengah tahun untuk bisa membayar biaya rekaman. Dan Ferry Nurhayat, sahabat sekaligus anggota band dari Tulus di masa sekarang menawarkan Tulus untuk datang ke Aru Studio. Disanalah kemudian Tulus pertama kali bertemu dengan Ari ‘Aru’ Renaldi yang kelak akan menjadi produsernya sekaligus duet mautnya dalam menciptakan lagu. Nama Ari Renaldi dan studio musiknya yang bernama Aru Studio sudah cukup populer di kalangan musisi lokal di Bandung. Kolaborasi antara Tulus dengan Ari Renaldi bisa dibilang adalah kombo yang unik. 
Hal tersebut tidak lepas karena Tulus yang tidak memiliki latar belakang musik bisa dibilang buta terhadap nada maupun aransemen musik untuk membungkus lagunya. Disanalah peranan Ari Renaldi menjadi sangat dibutuhkan. Bangunan-bangunan abstrak Tulus mulai dari menggambarkan suasana kamar, sore hari ketika naik mobil hingga suasana pantai lantas diubah oleh Ari Renaldi menjadi bangunan musiknya. Ajaibnya kombinasi absurd tersebut mampu menghasilkan karya musik yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari rekaman studio tersebutlah, Tulus berhasil merekam beberapa lagunya untuk kemudian dijadikan demo ke berbagai perusahaan rekaman. Mimpi tinggi pun telah dicap Tulus saat itu juga. Perjuangan Tulus berlanjut, ketika dia harus sering naik travel untuk menempuh jarak Bandung dengan Jakarta. Bahkan berjalan dari Mall Grand Indonesia pun harus ia kecap dalam masa perjuangannya tersebut. Namun sayangnya usaha tak kenal letih tersebut masih belum mampu membuat Dewi Fortuna melirik. Tolakan selalu dipeluk oleh Tulus dan kakaknya, Riri Muktamar tiap kali menawarkan demo lagu tersebut ke perusahaan rekaman. Membuat tembok besar kegagalan tersebut sempat membuat semangat bermusik milik Tulus menjadi layu. Bahkan hal tersebut sempat membuat Tulus berada pada fase pesimis terhadap impiannya sebagai musisi yang mungkin memang terlalu tinggi.



Hingga pada suatu malam di Bandung, lebih tepatnya di rumah orang tuanya, Tulus mengutarakan niatnya untuk melangkahkan kaki musiknya di jalan indie. Sesuatu yang patut untuk dipertanyakan sekaligus diragukan apalagi ditambah keluarga mereka yang tidak memiliki latar belakang musik.  Namun uluran tangan nyatanya kembali dilakukan sang saudara kandung yaitu Riri Muktamar dengan ide gila milik Tulus. Ide gila karena mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya, tidak memiliki dana yang cukup dan juga buta akan semuanya. Namun dari ide gila tersebutlah kemudian lahir Konser “Tulus An Introduction”, “Beyond Sincere” dan “Konser Diorama”. Dimana ketiga konser tersebut dipayungi oleh album yang sama sekaligus buah karya pertama Tulus dalam jagad musik Indonesia yaitu album TULUS. 

Tak perlu waktu lama, untuk membuat album tersebut segera terdengar gaungnya. Hal tersebut tidak lepas bukan hanya suara merdu yang dimiliki oleh Tulus namun kecakapannya dalam menulis lirik dalam seluruh lagunya. Tulus sendiri mengakui bahwa ia memiliki kebiasaan untuk menulis sebuah essai atau tulisan pendek sebelum dijadikannya sebuah lirik lagu. Sehingga tidak heran apabila tiap lirik dalam lagunya memiliki kerangka cerita yang sangat runut dan juga kuat apabila diperhatikan. Apabila menggunakan bahasa fiksi maka tiap liriknya memiliki prolog, pengenalan konflik, puncak konflik hingga klimaks. Sehingga membuat lagunya memiliki taring cerita yang langsung menancap kuat di telinga tiap pendengarnya. Album perdana ini seakan menjadi pengetuk pintu Tulus untuk memasuki dunia musik impiannya sekaligus penasbih bakat dan kejeniusannya sebagai musisi. Dan berikut ini adalah review lagu-lagu dari albumnya langsung dari  saya:  


                                        01.  MERDU UNTUKMU (INTRO)



Unik. Adalah kata pertama yang meluncur begitu saja ketika lagu ini diputar dan membelai telinga saya. Sebuah lagu dengan durasi yang begitu pendek yaitu hanya sekitar satu menit Sembilan detik. Lagu dengan berkonsep intro ini memang bukan hal baru bagi saya ketika mendengarkan album musik yang bernaung dalam jalur indie. Lagu berkonsep intro memang seperti ucapan selamat datang kepada setiap pendengarnya. Seakan seperti ingin memberi tahu pendengarnya untuk segera bersiap untuk mendengarkan keseluruhan lagu dari albumnya. Keunikan berikutnya datang dari musik pembuka dari lagu ini. Yang apabila didengarkan dengan benar-benar maka terdengar suara gelombang radio “bergemerisik” seperti radio yang baru dinyalakan dan sedang mencari gelombang sinyal. Namun perlahan, suara gemerisik gelombang radio tersebut berubah dengan munculnya suara dari Tulus yang menyanyi dengan masih lirih. Tapi sedikit demi sedikit, suara nyanyian Tulus berubah jelas dan semakin merdu. Bagi saya pribadi, lagu Merdu Untukmu memiliki filosofi yang mendalam. Dimana Tulus seperti ingin bercerita bahwa lagu-lagu di albumnya termasuk dirinya sebagai pendatang baru di kancah musik mungkin awalnya terdengar asing di telinga mereka yang baru mendengarkan. Namun apabila lagu-lagu tersebut terus didengarkan maka perlahan keindahan dan kemerduan dari karya Tulus pasti akan semakin jelas untuk bisa dinikmati.

Ku ingin bernyanyi, melekat di telingamu
Bingkai seisi semesta, semua yang bisa bercerita

Ku ingin bernyanyi, melekat di dalam hatimu
Bingkai beragam nada, agar semua merdu untukmu

Dimana pada lagu “Merdu Untukmu” ini, Tulus ingin menceritakan niatannya dalam bermusik. Bahwa dia ingin bercerita tentang banyak hal di dunia ini dengan cara paling indah dan merdu sesuai dengan bakatnya yaitu bernyanyi. Mungkin, lagu intro ini juga menjadi alasan tersingkat alasan Tulus membuat album perdananya tersebut. Yaitu membingkai berbagai peristiwa dalam nada yang merdu untuk semua pendengarnya.


                                                            02.  TEMAN PESTA



Apabila lagu “Merdu Untukmu” tak ubahnya ucapan selamat datang pada pendengarnya maka “Teman Pesta” adalah salah satu sajian utama. Musik yang menghentak dan juga ramai langsung mengikat pendengarnya. Sepertinya hal tersebut sengaja dilakukan oleh Tulus agar pendengarnya bisa langsung merasakan energi bermusiknya yang meletup-letup. Energi besar tersebut terasa sekali melalui musik yang nge-beat, teriakan Tulus sepanjang lagu yang masih terdengar merdu dan juga ramainya backing  vocal yang menemani Tulus. Dimana ternyata ada tiga penyanyi yang menjadi suara latar dari lagu ini. Namun sayangnya, saya hanya mengenal satu penyanyi dari tiga  penyanyi yang menjadi backing vocal pada lagu Teman Pesta yakni hanya Grace Sahertian. Penyanyi jazz dengan suara jempolan yang juga sahabat Tulus.

Mungkin, terdengar konyol..
Semua… kulakukan asalkan kau bahagia
Dengar.. kau punya aku

Aku Teman Pestamu
Aku cinta padamu

Dari segi lirik sendiri, tidak ada sesuatu istimewa yang ingin disampaikan oleh Tulus. Hanya tentang seorang pria yang ingin mengajak teman wanitanya berpesta agar tidak perlu merasakan kesepian dan mengingatnya sebagai pria yang selalu ada untuknya. Sepertinya dalam lagu ini, Tulus lebih ingin menonjolkan aransemen musiknya yang memang jempolan.      


                                                     03.  KISAH SEBENTAR



Sebagai orang yang awam pada musik, entah kenapa lagu ini membuat saya berani bilang Tulus adalah sosok yang jenius. Lagu ini komposisi musiknya benar-benar sulit sekali untuk ditebak. Intro lagu masih terasa lembut dengan iringan musik yang masih ringan namun kemudian lagu mulai terasa cepat dan naik. Namun secara mendadak di pertengahan, lagu ini seperti berhenti dan iringan musiknya turun drastis diganti dengan suara alat musik yang terdengar unik seperti yang sering terdengar pada film-film kartun dengan Tulus yang menurunkan tempo bernyanyi. Tapi sekali lagi, tanpa aba-aba tempo musik kembali naik dan Tulus kembali bernyanyi dengan cepat. 

Setelah itu berbagai suara maupun alat musik masuk untuk meramaikan pertengahan lagunya. Mulai dari suara jentikan jari, suara wanita yang menjadi latar belakang hingga suara musik dentingan piano yang terdengar panjang. Membuat saya menduga bahwa lagu “Kisah Sebentar” semacam tempat laboratorium berekspresi dari Tulus. Dimana dia bebas memasukan berbagai suara maupun unsur musik yang ia sukai untuk masuk. Mungkin apabila di tangan orang lain, konsep memasukan terlalu banyak suara dan alat musik pada sebuah lagu akan terasa menganggu namun di tangan Tulus hal tersebut nyatanya keliru. Karena hal tersebut malah membuat “Kisah Sebentar” memiliki daya tarik yang luar biasa bagi pendengarnya. Tentu keberhasilan komposisi unik dari lagu ini juga tidak lepas dari duet Tulus dengan produsernya yaitu Ari “Aru” Renaldi.

Ayo… ingat kata-katamu
Kau tak akan tinggalkan aku
Ayo.. ingat kata-katamu
Selamanya kamu hanya untuk aku

Cerita dari lagunya sendiri adalah tentang seorang pria yang jatuh cinta dalam waktu singkat pada seorang wanita yang begitu ia gilai. Mereka berdua telah memiliki janji untuk selamanya memiliki satu sama lain. Namun tak ubahnya janji yang ada untuk diingkari. Wanita itu pergi dalam sekejap ketika hubungannya dengan pria tersebut baru menginjak kisah sebentar. Namun part paling unik sekaligus menarik dari Tulus pada lagu “Kisah Sebentar” adalah bagian ending lagunya. Dimana dengan lantang dan suaranya yang keras, terdengar sekali Tulus yang tertawa terbahak-bahak. Sudah pasti hal ini adalah sesuatu yang memang disengajakan. Agar membuat “kebebasan” berekspresi yang dimiliki oleh Tulus benar-benar dituntaskan pada lagu ini. Dan suasana pada lagu ini seperti membawa saya pada musik-musik Broadway ala Barat yang mahsyur itu.
 
                                              04.  SEWINDU


Kita telah sampai pada lagu yang menjadi paling favorit saya dari album ini. “Sewindu” benar-benar pilihan tepat bagi Tulus untuk menjadikannya sebagai single pertama dari album ini. Dimana lagu ini mampu menggabungkan dua hal paling penting dalam bermusik menurut saya pribadi. Yaitu idealisme dan sisi mainstream dari sebuah musik. Sehingga membuat lagu “Sewindu” bisa diterima oleh banyak pihak namun di sisi lain tidak terdengar remeh temeh. Tentu hal tersebut tidak lepas karena Tulus menawarkan genre musik yang bisa dibilang masih baru waktu itu namun dengan tema lagu yang masih terdengar familiar. Dimana lagu ini bercerita tentang seorang pria yang telah lama menyimpan perasaan cinta pada seorang wanita. Perasaan yang membuatnya rela menunggu hingga delapan tahun atau sewindu. Namun nyatanya perasaan itu hancur seketika ketika sang wanita telah menemukan pangeran baru di hatinya. Tema yang mungkin seharunya dibalut dengan alunan musik sedih maupun minor. Namun nyatanya Tulus memilih menjadi anomali dan membungkus lagu itu dengan nada tetap cerah bahkan terdengar ceria. Sehingga dinamika dari lagu ini sangat terasa menyenangkan sekali.

Oh.. Tak akan lagi
Ku menunggumu di depan pintu
Dan.. tak ada lagi
Tutur manis ku merayumu

Namun daya tarik lainnya yang dimiliki oleh lagu Sewindu adalah musik video klipnya. Dimana musik video kilp “Sewindu” adalah musik video klip dari Tulus yang kedua kali saya tonton setelah menonton video klip “Sepatu” waktu tahun 2012 yang lalu. Dan video klip “Sewindu” yang sangat terkonsep dengan mengusung nilai artistik dan juga filosofis begitu telak memperdayai saya. Salah satu kekuatan dari video klip Sewindu adalah menjadikan Shareefa Danish (my favorite actor) sebagai modelnya. Mata dan ekspresi dari Sharefa Danish yang misterius sekaligus kuat benar-benar menyatu dengan video klip ini. Tapi pastinya nilai artistik di musik video klip ini mengundang banyak tanda tanya. Karena tidak seperti musik video klip pada umunya yang biasanya secara terang-terangan menjelaskan secara langsung arti dari lagunya. Musik video klip “Sewindu” membuat kita merenungi tiap adegannya. Untuk itulah, saya akan mencoba menjelaskan musik video klip itu sesuai dengan hasil intrepretasi saya sendiri. 

Pertama, adegan dimana Tulus sebagai si pria berada di lantai bawah sedangkan Shareefa Danish sebagai si wanita berada di lantai atas. Itu seperti menggambarkan hubungan dari sang pria dan si wanita yang sudah berbeda kasta. Hal tersebut tidak lepas karena si wanita yang telah menemukan pangeran barunya dan tidak lagi menganggap si pria. Adegan berlanjut dengan si wanita yang tertidur di sebuah kasur yang dipenuhi dengan buah-buahan dan tengah menikmatinya. Itu seakan menggambarkan bahwa si wanita tengah menikmati hubungan barunya dengan sang pangeran. Lalu ada adegan wanita yang membakar bunga sambil menggigitnya. 

Bagi saya, itu menggambarkan wanita yang telah membakar atau menghilangkan perasaanya kepada pria yang telah menunggunya delapan tahun ini. Sedangkan gelas kosong yang berjumlah delapan adalah gambaran dari delapan tahun yang dilewati oleh oleh sang wanita bersama pria tersebut yang nyatanya tidak menyisakan perasaan apapun di dalam hatinya. Lalu adegan ketika sang wanita perlahan namun pasti menghancurkan televisi, itu seperti menggambarkan sang wanita yang tidak ingin lagi melihat gambaran masa lalunya delapan tahun ini dengan si pria. Namun kemudian di adegan akhir, ternyata si wanita memeluk televisi tersebut dengan perasaan kehilangan. Yang artinya sang wanita lebih membutuhkan kehadiran pria yang selama ini setia menunggunya selama delapan tahun ketimbang kehadiran sang pangeran yang baru datang. Namun sayangnya, pria yang telah disakiti dan dikecewakan tersebut tidak akan pernah kembali lagi. 


05.  DIORAMA (STUDIO LIVE)


Dalam definisi singkat, Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau sebuah adegan. Sedangkan bagi Tulus, Diorama adalah objek untuk menggambarkan perasaan bersalah atas cintanya yang kandas. Anomali sekali, sesuatu yang di kemudian hari akan menjadi ciri khas seorang Tulus. Yaitu dia mampu menganalogikan sebuah cerita maupun permasalahan hidup dengan benda mati lainnya. Pada lagu inilah, kecakapan Tulus dalam mengolah diksi Bahasa Indonesia yang bukan hanya indah namun juga rumit sudah mulai terasah. Hal tersebut terbukti dari keseluruhan lirik pada lagu Diorama yang pasti membuat sebagian orang mengernyitkan kening ketika mendengarkannya. Bukan hanya terdengar tidak biasa namun juga memiliki kekompleksan makna yang tinggi. Dimana untuk bisa mengetahui makna dari lagu ini, maka liriknya harus ditelaah dengan benar-benar.

Aku patung.. mereka patung
Cangkir teh hangat namun kaku dan dingin
Meja-meja kayu mengkilat
Wajahmu dibasuhi, air mata yang dilukis

Tubuh kaku tidak bergerak
Ingin hapus air matamu tapi aku tak bisa
Patung.. Patung kayu mengkilat
Pikiran mereka kosong memikul peran

Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam Diorama…
Harusnya sisa masa kubuat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam Diorama…

Menurut spekulasi pribadi saya, gambaran besar dari makna lagu Diorama adalah tentang seorang pria yang melakukan kesalahan besar terhadap wanita yang ia cintai dan pria tersebut ingin menebus kesalahannya. Namun sayangnya sekeras apapun ia mencoba kesalahan itu tidak akan pernah bisa dihapus sampai kapanpun. Dimaafkan namun tidak dilupakan.  Untuk itulah, analogi Diorama diambil oleh Tulus untuk menjelaskan situasi tersebut. Yaitu ia dan wanita tersebut tak ubahnya patung dalam diorama yang telah diputuskan perannya dan tidak bisa berbuat apapun meski mereka memiliki niat yang berlawanan. Mereka berdua telah “membeku” dalam skenario yang telah dibuatkan khusus untuk mereka. Layaknya patung dalam diorama yang tidak bisa memiliki kehendak apapun. 

Sehingga kesalahan yang telah terjadi dan keinginan untuk membuat kisah cinta mereka berdua menjadi lebih indah tak ubahnya khayalan belaka. Dimana ternyata Tulus mendapatkan inspirasi dari lagu ini ketika ia sedang berjalan-jalan di Jogja lebih tepatnya di Candi Prambanan pada periode antara tahun 2008 dan 2009. Ternyata diorama yang banyak terdapat pada Candi Prambanan lantas menyalakan lampu ide di kepala Tulus untuk menganologikannya pada sebuah kisah cinta antara dua orang yang sampai kapanpun tidak pernah bisa diubah.

       Bagi saya pribadi, Diorama tak ubahnya ancang-ancang bagi Tulus menciptakan banyak lagu dengan tema tak terduga lainnya. Sebut saja nanti seperti Sepatu, Bumerang, Monokrom hingga Gajah. Kejeniusannya dalam menganalogikan sebuah cerita dalam potret tak biasa memang patut untuk mendapatkan tepuk tangan meriah.

                             06.  TUAN NONA KESEPIAN



Apabila ingin jujur, album pertama Tulus yang bertajuk TULUS memang bukan paling favorit saya dari ketiga albumnya. Namun album TULUS bagi saya memiliki keunikan tema dalam tiap lagunya yang begitu khas. Sesuatu yang tidak saya temukan dalam dalam kedua albumnya yang lain. Tidak monoton menyoal cinta namun interaksi antar insan manusia yang biasanya sering terlewat oleh kacamata awam. Hal tersebut terbukti dengan kehadiran lagu “Tuan Nona Kesepian”. Mengisahkan tentang dua orang yang terasing dari dunia luar dan terjebak dengan dunia rekaan mereka sendiri. Padahal apa yang mereka inginkan jaraknya tidak lebih dari sepelemparan batu. Selimut kesepian yang membuat mereka terasing bahkan dari diri mereka sendiri. Dimana lagu ini dibuat seakan-akan terjadi dialog antara Tuan dan Nona tersebut.

Tuan Kesepian.. tak punya teman.
Hatinya rapuh tapi berlagak tangguh
Nona tak berkawan .. tak pernah rasakan cinta
Sungguh pandai berkhayal, mimpi itu alamnya.

Inspirasi dari lagu ini sendiri ternyata dari kegelisahan Tulus akan salah satu temannya di masa kuliah. Namun sayangnya, Tulus memiliki keengganan untuk mengungkapkan kegelisahan langsung melalui dialog pada temannya. Untuk itulah, Tulus memilih menulis lagu sebagai saluran lain dari kegelisahannya. Di sebuah jalan tol di Bandung, tak perlu waktu lama lagu “Tuan Nona Kesepian” pun rampung. Ternyata hasilnya luar biasa, bukan hanya kegelisahan Tulus berhasil diganti rupa menjadi sebuah lagu namun juga membuatnya tak perlu menyakiti siapapun karena pesan dari lagu tersebut lantas berubah menjadi luas. Selain itu, Tuan Nona Kesepian juga memiliki peranan tersendiri bagi karir dari Tulus. Hal tersebut tidak lepas karena ternyata lagu Tuan Nona Kesepian adalah lagu pertama dari Tulus yang dibuatkan musik video klipnya. Padahal selama ini banyak yang menganggap bahwa lagu Sewindu-lah yang pertama kali dibuatkan video klipnya. Tentu kualitas dari musik video klip Tuan Nona Kesepian tidak bisa dipasang ekspektasi tinggi. 

Hadir Tulus dengan wajah yang masih terlihat malu-malu dan bahasa tubuh yang sangat kaku di depan kamera. Hal tersebut semakin diperburuk dengan model baju yang terlihat sangat tidak cocok dipakai Tulus yang membuatnya terlihat seperti raksasa “salah kostum”. Namun untungnya konsep unik dari video klip Tuan Nona Kesepian menyelamatkan segalanya. Tapi yang menjadi pertanyaan kemudian adalah kenapa musik video klip Tuan Nona Kesepian sudah tidak bisa ditemukan lagi di youtube resmi MusikTulus? Padahal itu bisa menjadi salah satu napak tilas perjalanan dari karir musik Tulus yang panjang dan tidak selalu mulus. Daya lebih lagi dari lagu ini adalah aransemen musiknya. Dimana saya seringkali bertanya-tanya apakah lagu ini akan tetap terdengar bagus dan merdu apabila dinyanyikan selain oleh Tulus?


                                                         07.  JATUH CINTA


Suara merdu nan empuk dari Tulus benar-benar terlihat sangat menonjol pada lagu ini. Bahkan saya menduga tanpa diiringi musik pun, suara Tulus ketika menyanyikan lirik pada lagu ini tetap akan terdengar merdu. Pada lagu inilah, unsur-unsur musik bernuansa Jazz terasa sekali. Membuat kuping pendengar manapun pasti akan terbuai dengan alunan musik dari lagu “Jatuh Cinta” ini.

Seolah dia menari di mataku
Melekat di kulitku
Di hatiku…
Sungguh kucinta dia
Sungguh kusayang dia
Dia sempurna…

Bagi siapapun yang sedang jatuh cinta pada seseorang pasti akan langsung bisa memeluk lagu ini di telinga dengan begitu erat. Semua yang dituturkan Tulus pada liriknya pasti pernah dirasakan oleh mereka yang terkapar oleh panah cinta yang dilesatkan oleh Dewa Cupid. Jatuh cinta bukan hanya membuat terbius namun juga membuat semesta seolah-olah menjadikan orang yang dicintai sebagai makhluk paling sempurna di semesta. Layaknya sebuah lirik fenomenal sepanjang massa tentang mata akan selalu melihat sempurna pada orang yang dicinta.

You’re the apple of my eyes.


                                                       08.  TEMAN HIDUP



Apa itu jodoh? Sebuah konsep yang langsung membuat setiap orang menghubungkannya dengan pasangan hidup. Padahal konsep jodoh itu luas sekali. Orang yang setiap hari kita temui, orang yang ada di hidup kita dan orang yang selalu menemani kita juga bisa dibilang jodoh kita. Sesuatu yang dikreasikan Tuhan jauh-jauh hari sebagai Teman Hidup kita. Mungkin itulah yang ingin disampaikan Tulus melalui lagu ini. Pada sebuah wawancara di Radio, Tulus mengusung konsep bahwa setiap manusia di dunia dilahirkan dengan banyak kekurangan dan banyak kelemahan. Untuk itulah, manusia ditakdirkan untuk bertemu manusia lain agar bisa menguatkan satu sama lain dalam menghadapi kerasnya dunia. Konsep itulah yang kemudian membentuk pada lagu “Teman Hidup”. Lebih dalam lagi, ternyata inspirasi terciptanya lagu ini adalah dua wanita yang paling berharga dalam hidup Tulus. Yaitu ibunya dan saudara perempuannya yakni Pinta. Dimana Tulus tahu bahwa kedua wanita yang ia cintai tersebut mengalami banyak masa sulit. Terutama saudara perempuannya, untuk itulah Tulus ingin hadir sebagai “Teman Hidup” mereka berdua. 

Bahwa dia ingin mengabarkan agar mereka tidak perlu menyerah karena mereka saling memiliki satu sama lain. Dan cinta besar sekaligus rasa sayang Tulus selalu ada untuk mereka. Tapi tak ubahnya setiap lagu yang begitu “dilahirkan” maka akan sepenuhnya menjadi milik pendengar. Banyak pendengar yang salah persepsi bahwa lagu Teman Hidup khusus hanya untuk pasangan hidup.  Tapi sepertinya Tulus tidak masalah dengan hal tersebut. Karena toh.. selain “Sewindu” lagu “Teman Hidup” berhasil membuat namanya semakin bergaung.

Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku
Jadi Teman Hidupku
Berdua kita hadapi dunia

Dan jangan lupakan musik video klip dari lagu ini yang terinprentasikan dengan begitu indah sekaligus mengundang haru. Konsep dari video klipnya sederhana saja, mengisahkan tentang sebuah keluarga kecil dan sederhana di Jogja yang merupakan Abdi Dalem Keraton. Kesederhanaan, keakraban, ketulusan, kesetiaan dan kebahagiaan yang tidak muluk-muluk semua terangkum sempurna dalam tiap scene video klip tersebut. Video Klip tersebut secara gamblang menjelaskan bahwa kesederhanaan dan rasa syukur adalah kunci sesungguhnya dari kebahagiaan yang hakiki.


                                          09.  SEWINDU (RHODES VERSION)


Awalnya saya sempat bingung ketika ada dua lagu dengan judul yang sama dalam satu album. Hingga kemudian, baru sadar bahwa lagu ini memiliki aransemen musik yang jauh berbeda dengan versi aslinya. Dimana pada versi asli dari Sewindu maka aransemen musiknya lebih ramai dan juga cerah namun pada lagu Sewindu Rhodes Version aransemen musiknya lebih kalem. Hal tersebut tidak lepas karena sepanjang lagu, hanya ada satu alat musik yang menemani Tulus bernyanyi yang saya duga sebagai piano. Sepertinya pada lagu Sewindu Rhodes Version ini bukan hanya ingin lebih menonjolkan kualitas vocal dari Tulus yang memang jempolan namun juga lebih menonjolkan makna dari lagunya. Dimana dengan hanya mengandalkan suara Tulus yang diiringi dengan piano maka sakit hati yang dirasakan oleh seseorang yang ditinggal pergi setelah delapan tahun menunggu akan terasa sekali. Bahkan tarikan nada tinggi yang dilakukan oleh Tulus seperti menjeritkan luka hati dari harapan yang sia-sia dan hancur dalam seketika tersebut.

Sesaat dia datang…
Pesona bagai pangeran..
Dan beri kau harapan..
Bualan cinta dan masa depan
Engkau lupakan aku

Tapi apabila harus memilih dari dua lagu Sewindu mana versi terbaik menurut saya? Maka saya lebih memilih lagu Sewindu versi aslinya. Karena Sewindu versi asli, bagi saya pribadi lebih menyatu antara liriknya yang sendu namun dipoles dengan aransemen musik yang cerah. Sehingga membuat Sewindu versi asli seakan memiliki dua sisi layaknya Rectoverso yang bisa dinikmati sekaligus. Lain dengan Sewindu Rhodes Version yang lirik dan aransemen musiknya sama-sama sendu. Membuat dilihat dari sisi manapun, hanya pesan sendu yang bisa didapat. Tapi hal tersebut tidak serta merta membuat Sewindu Rhodes Version tidak bisa dinikmati. Tetap bisa dinikmati bahkan dihayati oleh mereka yang merasakan langsung betap sesaknya terjerat dalam lubang friendzone hingga bertahun-tahun. Sewindu Rhodes Version adalah soundtrack terbaik bagi mereka. 



                                        10.  MERDU UNTUKMU (OUTRO)


Jika ada sebuah pembuka tentu ada penutup. Hal yang sama juga berlaku untuk Album TULUS. Dimana pada awal track ada sebuah lagu yang khusus menjadi intro maka pada akhir track tentu ada lagu yang khusus menjadi outro. Isi liriknya sama persis hanya aransemen musiknya dirubah sedemikian rupa.

Ku ingin bernyanyi melekat di telingamu
Bingkai seisi semesta
Semua yang bisa bercerita

Ku ingin bernyanyi melekat di dalam hatimu
Bingkai beragam nada
Agar semua Merdu Untukmu..

Apabila pada lagu Merdu Untukmu (Intro) terdengar suara gelombang radio yang baru dinyalakan maka pada lagu Merdu Untukmu (Outro) diawali dengan suara khas di tengah jalan raya. Mulai dari suara mobil hingga suara klakson. Tentu tak ubahnya lagu pertama maka ini juga menyimpan filosofi sendiri. Bagi saya pribadi, suara khas di tengah jalan itu menggambarkan Tulus yang sudah memulai perjalanan musiknya dan sudah berada di jalan yang ia inginkan. Tentu tak ubahnya jalan pada umumnya bakal banyak yang akan dihadapi, rintangan, debu, polusi hingga jalan berlubang. Hal yang sama juga disadari Tulus pada jalannya dalam bermusik. Bakal banyak hal yang akan menjadi rintangan hingga pengganjal dalam langkahnya. Tapi seperti lagu Merdu Untukmu (Outro) yang sengaja ditempatkan pada akhir bahwa Tulus seakan ingin mengabarkan pada pendengarnya yang telah mendengarkan seluruh isi lagu di Album TULUS bahwa perjalanan musiknya baru saja dimulai. Bahwa “Merdu Untukmu” adalah niat awal sekaligus niat akhirnya sebagai musisi.

Awalnya Album TULUS hanya dicetak sebanyak 100 keping saja. Itupun dengan niat awal dari Tulus untuk mengedarkannya pada teman-teman kuliahnya saja. Untuk mengabarkan bahwa dia memiliki kemampuan dalam bernyanyi. Namun ternyata nasib memang tak ubahnya puzzle yang sulit ditebak maupun dirangkai. Karena tak berselang lama, album TULUS mengalami peningkatan dalam jumlah penjualan, sehingga harus dicetak ulang kembali untuk memenuhi permintaan dari banyak toko musik di Bandung. Namun masalah dana kembali menjadi penghalang terbesar Tulus. Karena tidak bernaung pada major label dan hanya didistribusikan melalui Demajors membuat dana cetak ulang albumnya sepenuhnya harus ditanggung oleh Tulus. 

Hingga akhirnya dengan memberanikan diri, Tulus meminta sejumlah uang pada ibunya agar album perdananya bisa dicetak ulang kembali. Dari dana tersebut dan bantuan kakak kandungnya, akhirnya album TULUS berhasil dicetak ulang kembali. Bukan hanya didistribusikan ke Bandung karena ternyata kota sebesar Jakarta juga melakukan permintaan. Dan setelah itu, Dewi Fortuna mulai menggelayuti pundak karir bermusik dari Tulus. Salah satu raihan yang pasti membuat dada Tulus mengembang karena bangga adalah album TULUS bukan hanya berhasil masuk ke top chart majalah musik sekelas Rolling Stone namun menjuarainya. Yaitu kisaran antara tahun 2011 hingga 2012. Suguhan musik baru nan khas milik Tulus nyatanya mampu membius banyak pihak dalam sekali waktu. Puncaknya adalah ketika majalah Rolling Stone menasbihkan Tulus sebagai pendatang baru paling menjanjikan yang lebih dikenal dengan sebutan “Rookie of The Year” pada tahun 2013. 


Dalam sebuah wawancara, Tulus tak enggan mengakui bahwa Majalah Rolling Stone adalah majalah favoritnya semenjak masa sekolah dulu. Tulus lanjut bercerita bahwa  semasa sepulang sekolah di Bandung, Tulus selalu menyempatkan berhenti di sebuah toko yang berada di Jalan Cipaganti. Disanalah, Tulus akan mengetuk pintu toko dan bertanya, “Majalah Rolling Stone terbarunya ada Pak?”. Apabila beruntung, Tulus akan membawa sebuah majalah Rolling Stone yang akan ia baca semalaman suntuk. Bukan hanya untuk melihat chart lagunya – khas para anak muda waktu itu – namun juga membaca secara teliti dan juga runut semua artikel musik yang berada di dalamnya. 

Tidak heran apabila ketika pihak Majalah Rolling Stone menghubungi Tulus untuk wawancara maka Tulus secara diam-diam membeli sebuah baju baru. Hal tersebut dilakukan semata-mata, agar ketika di foto untuk majalah favoritnya tersebut, dia terlihat bagus untuk berada disana. Dan hasil wawancara Tulus dengan Soleh Solihun (yang waktu itu adalah reporter senior di Rolling Stone) menghasilkan sebuah artikel yang bernas, jujur dan dalam dari segala sisi. Titik itu kemudian seperti mesin pendorong yang membuat karir bermusik dari Tulus tak ubahnya roket, yang melesat cepat sekali. Tanpa bisa dibendung apalagi diantisipasi oleh siapapun.

Namun saya tahu, ada satu orang yang jarang mendapatkan lampu sorot dari keberhasilan Tulus mencapai karirnya yang gemilang seperti sekarang ini. Orang tersebut tidak lain adalah Kakak kandung sekaligus Eksekutif Produser dari Tulus yaitu Riri Muktamar. Bagi saya, Riri Muktamar adalah pembuka jalan sekaligus penerabas segala onak duri yang menghalangi jalan Tulus dalam bermusik. Mungkin, Riri Muktamar tidak terlibat secara langsung dalam proses kreatif Tulus dalam menciptakan lagu di albumnya. Namun Riri Muktamar memegang peranan penting bahkan vital dalam tiap sendi karir bermusik Tulus. Mulai dari menyiapkan dana, menjalin relasi dengan berbagai pihak, membentuk sebuah tim, menyiapkan rencana promosi hingga seluk beluk lainnya yang tentu berada di luar tangan dari Tulus sebagai seniman. 

Hal tersebut tentu tidak lepas dari latar belakang Riri Muktamar sebagai seorang pengusaha. Dimana pada sebuah wawancara, Riri Muktamar mengklaim bahwa pribadinya adalah seseorang dengan mindset super logis dan realistis. Sangat berbanding terbalik dengan adiknya yakni Tulus yang semua orang tahu bahwa dia memiliki kepekaan tinggi dan mengandalkan rasa. Dua kutub yang berbeda tersebut nyatanya pernah pada suatu masa membuat Tulus dan Riri Muktamar saling tidak memahami dan berpisah dalam waktu yang tidak sebentar. Hingga kemudian mereka berdua menyadari bahwa mereka membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Setelah melewati masa itu, kerjasama solid diantara kedua saudara tersebut sudah tidak dibendung lagi. Saya selalu menganalogikan bahwa Tulus memegang peranan sebagai “Hati” sedangkan kakaknya yaitu Riri Muktamar memegang peranan sebagai “Otak”. Disanalah kemudian hadir Ririe Cholid sebagai penghubung diantara mereka berdua. 




Dan dulu, di sebuah kafe kecil di Bandung (yang sekarang sudah tidak ada lagi), Riri Muktamar, Tulus dan Ari “Aru” Renaldi sepakat untuk mencari jalan sendiri dalam bermusik dan terbentuklah Tulus Company untuk pertama kalinya. Sebuah perusahaan musik yang lantas menjadi rumah nyaman bagi Tulus dan Musik Tulus dalam menciptakan banyak karya brilian. Tulus menganalogikan Tulus Company tak ubahnya sebuah atap rumah yang terbuat dari kardus yang dengan ajaibnya mampu memayungi karir bermusiknya selama lima tahun belakangan ini. Yang kemudian perusahaan rekaman Mayor Label, dianalogikan Tulus sebagai atap rumah yang terbuat dari genteng yang tentunya lebih kuat dan kokoh. Namun Tulus untuk sekarang ini, lebih memilih untuk meneduhkan karya musiknya pada atap kardus sederhana namun nyaman milik Tulus Company.

Saya selalu percaya bahwa karya pertama bagi tiap kreator apapun tak ubahnya titik nol. Titik nol perjalanan panjangnya dalam menapaki karir yang mungkin tak selalu mulus bahkan kadang berliku. Namun titik nol tersebut menjadi semacam ancang-ancang bahwa karya-karya selanjutnya siap hadir untuk diantisipasi. Hal yang sama juga berlaku bagi Tulus. Dimana pada album perdananya yakni TULUS, kecakapan dan  kejeniusan Tulus dalam menulis lagu dan bernyanyi dengan merdu sudah mulai terasa akan mengguncang musik Indonesia. Karya pertama tak ubahnya sumbu pendek yang telah disulut dan hanya tinggal menunggu waktu untuk meledak. Lima tahun kemudian menjelaskan segalanya. 

Album TULUS lantas mengundang kelahiran dari album GAJAH dan kelahiran yang paling terbaru yakni MONOKROM. Ketiga album tersebut adalah bentuk representasi Tulus dalam karya musiknya yang bukan hanya indah namun juga penting dalam kancah musik Indonesia. Dimana Tulus selalu menganalogikan bahwa album pertama tak ubahnya teras rumah, album kedua menyerupai ruang tengah sedangkan album ketiga adalah ruang keluarga. Sehingga tidak heran apabila dari album ke album, tema yang diusung oleh Tulus semakin pribadi. Untuk itu, saya tidak ingin berhenti pada album TULUS atau GAJAH maupun berhenti pada album MONOKROM. Saya ingin terus melanjutkan perjalanan panjang sebagai Teman Tulus untuk berdiri di balik punggung Tulus untuk terus mendorongnya agar berkarya lebih baik. Sebagai penepuk pundak Tulus apabila dia mulai kehilangan arah dalam berkarya dan sebagai pemberi tepuk tangan paling meriah ketika karyanya hadir dengan memukau. Saya ingin menjadi bagian dari ajakan Tulus pada pendengarnya yang ingin terus melanjutkan perjalanan musiknya agar terus menemukan titik demi titik gemilang lainnya.

“Musik bawa saya kemana-mana. Kita lanjut terus ya?” Tulus.

Ya, mari kita terus lanjutkan perjalanan panjang ini BangTul!