Tuesday, November 22, 2016

Review Album Gajah: Raksasa Bagi Telinga



Tulus. T-U-L-U-S.

Entah sihir macam apa yang tersembunyi dibalik nama tersebut. Saya masih ingat betul ketika pertama kali mendengar nama itu lebih dari tiga tahun yang lalu. Perasaan antara meragu dan takjub menyatu. Meragu karena apakah itu memang benar-benar nama pria tersebut dan takjub karena nama sederhana tersebut memang melekat pada dia. Gempuran musik bergenre Melayu masih begitu terasa pada tahun tersebut. Membuat awan kejenuhan sepertinya masih enggan beranjak dari kepala saya apabila ingin mendengarkan musik Indonesia. Bukan berarti saya tidak menyukai ataupun membenci Musik Melayu hanya saja segala sesuatu yang disajikan secara berlebihan akan sampai pada titik jenuh yang paling mendidih. Membuat saya mulai mengalihkan telinga saya pada musik-musik Barat. Namun pria ini hadir untuk mencerahkan awan musik saya. Kehadirannya tak ubahnya lesatan peluru, cepat, tepat dan menghujam. Membuat siapa saja yang mendengarkannya tak ada pilihan lain selain terkapar dalam atmosfer mengagumi. 


Bisa dibilang Album kedua Tulus yang bertajuk Gajah adalah pintu pembuka bagi saya untuk kemudian mendengarkan seluruh karyanya termasuk lagu-lagu di album pertamanya. Dan saya bukan hanya terbius pada lagu-lagunya namun juga terkesima pada pengolahan liriknya yang bisa dibilang sangat memukau. Diksinya sangat langka pada lagu-lagu Indonesia pada masa sekarang. Bukan hanya menceritakan tema tentang “Aku Cinta Kamu” ataupun “Aku Selingkuhin Kamu” namun segala seluk beluk dari semesta ini yang diceritakan dengan begitu pawai dalam lagu-lagunya. Bahkan apabila Tulus ingin bercerita tentang cinta, dia akan melihatnya dari kacamata yang berbeda. Membuat sudut pandang dalam tiap lagunya terasa spesial, baru dan begitu segar. Membuat Si Jago Pemalu ini memiliki musikalitas yang tidak membuat malu Indonesia karena memilikinya. Karena menjadi jalan pembuka pada karya-karya Tulus, membuat Album Gajah selalu istimewa di mata saya. Bahkan apabila ingin lebih jujur, Album Gajah adalah album favorit saya dari ketiga Album Tulus lainnya. Mari cari tahu kenapa saya bisa begitu terkagum dengan seluruh lagu di Album Gajah:



                                                           01.  BARU



Musik yang menghentak, suara drum yang terdengar ramai namun merdu dan emosi kemarahan yang meluap-luap segera terasa ketika lagu ini masuk di detik pertamanya. Tepatlah apabila lagu ini dimasukan ke dalam list pertama dalam album ini. Setelah pada album pertamanya, lagu-lagu Tulus terdengar lebih “kalem”. Maka pada album keduanya, tidak heran apabila Tulus hadir dengan sesuatu yang beda sekaligus menghentak di telinga. Diantara seluruh lagunya Tulus pada Album Gajah, bisa dibilang dari segi aransemen musiknya maka Baru adalah favorit saya. Musiknya seperti judul lagunya terdengar sangat “Baru”. Apabila didengar dengan seksama maka pada lagu inilah banyak sekali alat musik yang dimasukan. Alih-alih mengganggu nyatanya semua alat musik tersebut mampu menjadi komposisi yang sempurna. Tentu hal tersebut tidak lepas dari kejelian dan kejeniusan Produsernya yakni Ari “Aru” Renaldi.  Dari segi lirik sendiri, sepenangkapannya saya Tulus mencoba menceritakan tentang kemarahannya dan usahanya untuk balas dendam karena sempat terjebak pada masa dianggap sebelah mata. Namun bukan dengan ucapan sumpah serapah  namun dengan diksi yang dahsyat dan tidak meninggalkan ciri khas Tulus. Bahwa balas dendam terbaik adalah dengan menjadi pribadi lebih baik di masa mendatang.

Tak perlu .. kau ajak aku bicara
Tak akan ku pernah mendengarnya
Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah dengar dari telingamu

Nikmatilah kejutanku…

Membalas dendam dengan karya sepertinya adalah bentuk balas dendam paling tuntas. Tulus telah memberikan contoh terbaiknya.

                                                            02.  BUMERANG



Hanya satu hal yang membuat saya begitu kecewa dari lagu ini. Yaitu lagu ini tidak terpilih untuk dibuatkan musik video klipnya. Padahal apabila dilihat dari segi materi, lagu ini tidak kalah dengan lagu Baru, Sepatu, Gajah maupun Jangan Cintai Aku Apa Adanya yang telah dibuatkan musik video klipnya. Belum ditambah dengan musik pada lagu ini yang entah kenapa menurut saya terdengar seperti musik country. Mungkin, Hal tersebut tidak lepas karena petikan gitar yang begitu mendominasi dalam lagu ini. Bahkan dari daftar lagu di Album Gajah, lagu Bumerang adalah lagu favorit kedua saya setelah Sepatu. Dimana Tulus kembali hadir dengan kecakapannya dalam menulis lirik lagu. Dalam Album inilah, Tulus menjadi sosok Raja Analogi yang menceritakan berbagai permasalahan dengan analogi yang anomali. Mulai dari Sepatu, Gajah hingga pada lagu ini yaitu Bumerang. Ceritanya sederhana saja tentang seorang pria yang jatuh hati pada seorang wanita. Awalnya dia mengira memiliki cinta yang sempurna. Namun segalanya berubah ketika ia mengetahui bahwa orang yang ia cintai tak lebih dari sekedar pemain hati. Dan bukan hati dari si pria saja yang telah menjadi korbannya namun banyak hati lainnya. Si pria percaya bahwa sang wanita yang pemain hati sedang menjalin jalan kehancuran untuk dirinya sendiri. Tak ubahnya Bumerang yang dilempar dan akan menyerang dirinya sendiri. Perhatikan saja lirik dalam lagunya:

Sementara kau sibuk..
Dengan permainanmu, dengan hati yang lain, nama yang lain
Sibuk .. merakit Bumerang
Untuk menyerangmu, berbalik menyerangmu
Tapi hati?


                                                                03.  SEPATU



Saya selalu kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa kagumnya dengan lagu ini. Diksi yang menawan, analogi yang anomali dan musik pembungkusnya yang terdengar merdu sekaligus syahdu di saat bersamaan. Sepertinya empat jempol saja tidak akan cukup untuk diberikan pada lagu ini. Lagu ini juga selalu menyimpan nostalgia tersendiri bagi saya. Gerbang pembuka untuk kemudian mendengarkan semua karya Tulus dan terpikat setengah mati karenanya. Saya ingat, enam puluh detik pertama kali ketika mendengarkan lagu ini. Saya hanya bisa bengong dan berusaha sekuat mungkin untuk menutup mulut saya yang mengangga cukup lebar. Lagu ini membius saya dalam sekali waktu. Sepatu seperti oase dalam kejenuhan saya akan musik Indonesia yang seragam. Tidak ada yang lebih klise dari tema cinta. Semua karya seni pasti mengamini hal tersebut. Yang bisa dilakukan adalah menggunakan sudut pandang baru dalam melihatnya. Dan Tulus berhasil dengan gemilang melakukannya dengan Sepatu. Cinta yang tidak bisa bersatu ia analogikan dengan jenius menggunakan Sepatu. Apalagi ditambah dengan melihat musik video klipnya. Saya langsung bisa menduga bahwa Tulus adalah musisi yang bukan hanya unik namun juga cerdas. Bahkan sensasi dahsyat ketika pertama kali mendengarkan lagu tersebut masih bisa saya ingat dengan jelas sampai sekarang. 

Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan..
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang, bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut, kamu kelelahan
Ku tak masalah. Bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Didekatmu, kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuhpun kita tak berdaya

Sebelumnya, saya belum pernah menemukan sebuah lagu Indonesia yang liriknya penuh dengan diksi semenawan ini. Sepatu benar-benar membuat saya jatuh cinta. Dan saya juga tahu bahwa Sepatu memiliki peranan besar terhadap karir besar yang dimiliki oleh Tulus hingga sekarang ini. Nama Tulus awalnya hanya dikenal sebagian kecil masyarakat Bandung sebagai penyanyi kecil dari kafe ke kafe dengan suara merdu. Sebatas itu saja. Kehadiran Tulus dengan “Sewindu” memang cukup mengatrol namanya karena sering diputar di Radio-radio regional Bandung namun namanya di industri musik Indonesia masih terdengar samar-samar. Barulah kehadiran Tulus dengan “Sepatu” mengubah segalanya. Namanya sebagai penyanyi bertalenta tak ubahnya gaung yang segera menyapu banyak telinga di Indonesia. Benar kata Risa Saraswati, Tulus adalah ombak yang terlalu besar untuk ditahan siapapun. Sehingga tidak heran apabila lagu Sepatu menjadi lagu terfavorit saya bukan hanya pada Album Gajah namun pada ketiga Album Tulus yang lainnya. 


                                                        04.  BUNGA TIDUR



Awalnya saya menduga dalam Album Gajah, saya tidak akan menemukan satupun lagu sendu. Karena saya merasa besarnya energi positif yang dimiliki dalam Album ini. Sehingga tidak ada ruang untuk energi negatif menyempil untuk merusak segalanya. Namun Bunga Tidur membuat dugaan saya menjadi sedikit keliru. Ternyata masih ada satu lagu sendu yang disisakan Tulus dalam album ini. Namun apabila didengar dengan seksama sebenarnya, Bunga Tidur juga bukan jenis lagu sendu yang membuat orang menjadi depresi. Saya lebih melihatnya lagu ini adalah bentuk curahan hati Tulus tentang bahwa setinggi apapun ia sekarang tetap saja ia adalah manusia biasa. Yang artinya dia tetap memiliki cela dan kekurangan dimana-mana. Sesuatu yang mungkin gagal dipahami oleh banyak fans Tulus di luar sana. Bahwa mereka seringkali “memaksa” idolanya untuk selalu tampil Sempurna dan tanpa cela. Mungkin mereka lupa bahwa yang mereka idolai adalah seorang manusia bukan sesosok Malaikat. Saya ingat betul, ada salah satu postingan Tulus di akun media sosialnya dengan bungkus rokok di sampingnya (Mungkin baru sedikit yang tahu kalau Tulus adalah seorang perokok aktif) dan banyak terdengar komentar sumbang mengikutinya. Mereka seakan tidak menerima bahwa idolanya juga memiliki cela. Mungkin itulah gunanya kehadiran dari lagu ini. Tulus ingin berkata bahwa masih banyak orang yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan belum sepenuhnya mengenal dirinya. Bahwa Tulus juga tetaplah manusia biasa.

Mustahil tak bercela..
Di depan cermin, Sabtu Pagi aku bicara dengan pantulanku

Kau salah kawan..
Ku dilindungi dendangan
Ini musikku..
Dia pagar jarak pandangmu

Selama kulihat engkau senang..
Yang lainnya kusimpan sendiri..

Ingin sekali, saya bicara langsung dengan Tulus, “BangTul seperti yang sering kau katakan. Manusia pasti ada kurangnya, Jadi ya udah santai aja. Ya bukan?”

                                                              05.  TANGGAL MERAH



Ini adalah lagu dengan durasi paling singkat dalam Album Gajah. Tidak sampai menyentuh angka tiga menit. Hanya dengan mengandalkan suara betot bas dan suara jentikan jari membuat lagu ini terdengar sangat unik sekaligus menyenangkan. Lagu ini memang sepertinya judulnya yaitu Tanggal Merah cocok untuk didengarkan ketika santai dan liburan.

Berjalan terus berjalan..
Kaki terus berjalan
Walau tanpa tujuan
Tak akan tersesat 


06.  GAJAH




Mendengar judul lagunya saja pasti membuat siapa saja sangat penasaran untuk tahu isi lagunya. Setidaknya itulah yang pertama kali saya rasakan. Gajah adalah pembuktian lainnya dari Tulus dalam kecakapannya dalam menulis lirik lagu yang anti mainstream. Sesuatu yang sangat langka dalam kancah musik Indonesia sejauh ini. Dan yang paling saya apresiasi dari lagu ini adalah keberanian dari Tulus. Yaitu keberaniannya untuk mengungkapkan masa lalunya terutama masa kecilnya yang berjalan tidak baik karena seringnya ia mendapatkan julukan kasar karena bobot tubuhnya yang besar. Namun Tulus telah mendewasa dan menganggap hinaan itu telah menjadi doa terbaiknya untuk menjadi bintang besar seperti sekarang ini.

Otak ini cerdas, kurakit berangkai
Kini kutahu puji dalam olokan
Jabat tanganku panggil aku … Gajah

Well done, BangTul!




                                                       07.  LAGU UNTUK MATAHARI

 


Lagu ini termasuk ke dalam playlist yang selalu saya putar di pagi hari. Semangatnya, kekuatannya dan motivasi yang terasa besar sekali dalam lagu ini adalah energi yang begitu saya butuhkan pagi ini. Membuat semangat yang sedang patah seperti apapun akan selalu terbakar kembali tiap kali mendengarkan lagu ini.

Gerah kadang dengar, dapat cibiran sang benar
Sinisme bukan untukmu
Mereka tak sempurna sama juga hanya denganmu
Jangan risaukan celahmu

Menari, bernyanyi .. lakukan yang kau suka
Hidupmu bukan hidupnya

Dalam hidup memang kadang banyak sekali orang yang memandang sebelah mata terhadap celah yang kita miliki. Barangkali Lagu Untuk Matahari adalah jawaban terbaik untuk mengisi bensin kita agar bersemangat untuk menyingkirkan segala rintangan yang ada.



                                                     08.  SATU HARI DI BULAN JUNI

 

Jujur, ketika pertama kali mendengarkan lagu ini adalah saya bingung dan kemudian tidak bisa menikmati lagunya. Banyak sekali suara-suara dan aransemen musik yang masih terdengar awam di telinga saya. Bahkan saya merasa lagu ini memiliki nuansa 90-an yang sangat kuat. Sehingga ketika lagu ini diputar saya seringkali men-skipnya karena masih belum bisa memahaminya. Namun dengan seiring waktu, akhirnya telinga saya mulai terbiasa dengan suara-suara dan aransemen musik yang terkomposisi dalam Satu Hari di Bulan Juni. Hingga akhirnya saya tidak bisa memungkiri lagi bahwa saya sudah bisa menikmati lagu tersebut. Bahkan lagu ini semakin menunjukan kualitas vocal dari Tulus yang memang jempolan. Ada banyak sekali nada tinggi dalam lagu ini yang mampu diselesaikan dengan sempurna oleh Tulus. Belum ditambah dengan latar belakang vocal yang membuat lagu ini terasa tua tapi sangat keren. Aneh tapi unik, tua tapi keren.. yang pasti lagu ini menjadi bagus juga karena pesan tersirat di dalamnya. Menurut yang saya baca lagu ini terinspirasi dari saudara perempuan Tulus yang mengalami masalah keuangan dengan suaminya. Tulus seakan ingin memberi tahu bahwa sumber kebahagiaan satu-satunya bukan hanya uang.

Kita tak perlu terlalu..
Banyak uang..
Kita bahagia..
Meski tak kemana-mana



                                              09.  JANGAN CINTAI AKU APA ADANYA





“Aku mencintaimu apa adanya.” Entah berapa juta kali sepertinya kita mendengar kalimat tersebut. Mulai dari film drama, novel roman, sinetron bahkan pada kehidupan sehari-hari pun bisa kita temui dimana-mana. Seakan-akan kalimat tersebut menjadi semacam kewajiban agar kekurangan pasangan bisa ditolerir demi cinta yang bisa dimaklumi. Namun Tulus malah kembali memilih untuk melawan arus. Dia hadir untuk mengobrak-abrik pemahaman akan cinta yang selama ini barangkali telah keliru. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran “Jangan Cintai Aku Apa Adanya.” Tulus percaya bahwa cinta yang sejati seharusnya membuat tiap pasangan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Bukan malah membiarkan pasangannya dengan “apa adanya”. Karena sebenarnya pada titik tertentu, tiap pasangan ingin dituntut untuk bisa menjadi pribadi lebih baik untuk masa depan bersama. Sekaligus membuat tiap insan yang tengah menjalin cinta yang hakiki seharusnya saling bergandengan tangan untuk memperbaiki satu sama lain agar bisa berjalan ke depan bukan malah menerima apa adanya untuk selalu berada di tapak jalan yang sama.

Kau terima semua kurangku
Kau tak pernah marah bila kau salah
Kau selalu memuji
Apapun hasil tanganku
Yang tidak jarang payah

Jangan cintai aku apa adanya
Jangan …
Tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.

Selain itu, yang membuat lagu ini menjadi semakin istimewa di mata saya adalah karena musik video klipnya. Salah satu video klip terbaik di Indonesia yang pernah saya tonton. Hangat, sendu sekaligus mengharukan dalam waktu yang sama. Kerja sama Tulus dengan David Linggar kembali menghasilkan sesuatu yang spesial. Dengan wajah penuh make up badut, Tulus berusaha membuktikan cinta sejati kepada istrinya dengan berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Harus saya akui, itu adalah satu-satunya video klip yang membuat mata saya berkaca-kaca ketika menontonnya.

Semua lagu yang ada di Album Gajah semakin menyadarkan saya betapa beruntungnya Indonesia memiliki musisi sekaliber Tulus. Ketika banyak musisi lain yang lebih terfokus pada menciptakan sensasi maka Tulus sibuk untuk menciptakan inspirasi. Lagu-lagu yang ada di Album Gajah benar-benar segar, unik dan baru. Mulai dari suara-suaranya, aransemen musiknya, komposisinya hingga diksi pada liriknya yang akan membuat saya kehabisan kata untuk memuji bagaimana indahnya. Membuat Album Gajah menciptakan musik bagai raksasa bagi telinga kita yang mendengarkan. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyambut raksasa tersebut dengan tangan terbuka dan melihat bagaimana musik rakasasa itu mengubah hidup kita. 






23 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Keren kak....👍
    Aku suka reviewnya. Terutama yang bagian lagu 'gajah'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih

      Saya juga suka dengan lagu itu

      Delete
    2. kak, kalau kartu yang di album gajah itu fungsinya buat apa ya? terus cara pakainya gimana?

      Delete
    3. kalau tidak salah fungsinya untuk mendaftar secara resmi sebagai Teman Tulus di website SitusTulus. Jadi kamu pilih menu Teman Tulus di website dan masukan seri nomornya

      Delete
  4. Keren reviewnya apalagi pas bunga tidur. Itu mengubah cara pandang saya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai.. terima kasih. Kalau boleh tahu, cara pandang kamu tentang apa?

      Delete
  5. Kerreeeenn gung.. Aku suka.,"SEPATU"....aku suka bangett ituu,, tulisanmu pun oke sangat gung, semoga bang Tul bisa baca karyamu ini ya sob.. Amiinn

    ReplyDelete
  6. Kerreeeenn gung.. Aku suka.,"SEPATU"....aku suka bangett ituu,, tulisanmu pun oke sangat gung, semoga bang Tul bisa baca karyamu ini ya sob.. Amiinn

    ReplyDelete
    Replies
    1. coba bacanya sambil dengerin lagunya Mah.. Asoyyy hehe

      Delete
    2. saya ke habisan kata² untuk memuji


      Saya suka sewaktu masih kecil.
      Dalam pikiran saya dpt melihat
      masa² hidup.nya


      ( Mas santOza )

      Delete
  7. Nice, review teman utk album gajah sy bisa menerimanya, ditunggu review album monokromnya... thanks

    ReplyDelete
  8. superr berkesan atas tulisanya , reviewnya mewakilkan perasaan kagum teman tulus , terhadap album2 tulus. jalan terus reviewnya bang agung

    ReplyDelete
  9. This is it! Ini yang selama ini ingin saya ketahui. Lengkap, runtut, dan juga mengalir. Wah, terimakasih banyak ya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah... makasih! Kamu sukakah dengan reviewnya?

      Delete